AI Asal China Diklaim Tiru Cara Kerja Otak Manusia

Ilustrasi SpikingBrain. (Foto: TechNews/Mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Para ilmuwan dari Institute of Automation, Chinese Academy of Sciences di Beijing memperkenalkan SpikingBrain 1.0, sistem kecerdasan buatan baru yang diklaim meniru cara kerja otak manusia.
Tidak seperti model bahasa besar konvensional, AI ini dirancang agar lebih hemat energi dan berjalan di atas perangkat keras buatan dalam negeri, tanpa ketergantungan pada chip Nvidia dari Amerika Serikat.
Dalam makalah teknisnya, tim peneliti menjelaskan bahwa model berbasis transformer sering kali terkendala efisiensi karena kebutuhan komputasi dan memori yang sangat besar.
SpikingBrain 1.0 menawarkan pendekatan berbeda lewat “spiking computation”, yaitu mekanisme yang meniru aktivitas neuron biologis. Alih-alih seluruh jaringan aktif bersamaan, neuron hanya mengirim sinyal ketika ada rangsangan tertentu, sehingga konsumsi energi jauh berkurang sekaligus mempercepat pemrosesan.
Dilansir dari CNN Indonesia, Rabu (17/9/2025), peneliti menggunakan data pelatihan kurang dari 2 persen dari biasanya, SpikingBrain 1.0 bisa menyelesaikan sejumlah tugas hingga 100 kali lebih cepat dibanding model konvensional.
Dua versi model sudah diuji, yakni yang berisi 7 miliar parameter dan varian besar dengan 76 miliar parameter, keduanya dilatih menggunakan sekitar 150 miliar token.
Dalam uji coba, model skala kecil merespons perintah sepanjang 4 juta token lebih dari 100 kali lebih cepat dibandingkan sistem standar. Versi lainnya menunjukkan kecepatan 26,5 kali lipat saat menghasilkan token pertama dari konteks satu juta token.
SpikingBrain 1.0 juga diuji stabil selama berminggu-minggu dengan ratusan chip MetaX, produk perusahaan Shanghai MetaX Integrated Circuits Co. Fakta bahwa model ini berjalan lancar di perangkat keras lokal memperlihatkan potensi penggunaannya secara nyata.
Potensi aplikasinya luas, mulai dari analisis dokumen hukum dan medis, penelitian fisika energi tinggi, hingga pengurutan DNA yang menuntut kecepatan tinggi dalam memproses data berukuran besar.
Menurut para peneliti, hasil ini membuka peluang baru dalam pengembangan model AI yang skalabel, efisien, dan terinspirasi otak manusia.[]