Thursday, August 21, 2025
home_banner_first
SAHABAT PENDIDIKAN

Guru Bahasa Indonesia di Medan: Literasi Digital Siswa SMA Masih Lemah

journalist-avatar-top
Kamis, 21 Agustus 2025 16.43
guru_bahasa_indonesia_di_medan_literasi_digital_siswa_sma_masih_lemah

Fela Felia Batubara, guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Medan saat belajar bersama siswa-siswi. (foto: dokfela/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Tingkat literasi digital siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dinilai sudah cukup baik dalam memanfaatkan berbagai sumber digital, internet, maupun media sosial. Namun, kemampuan memahami, memilah, dan mengelola informasi masih tergolong lemah.

“Sumber digital juga sering kali hanya dijadikan sebagai media hiburan,” ujar Fela Felia Batubara, guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 2 Kota Medan kepada Mistar, Kamis (21/8/2025).

Menurut Fela, peran guru dan orang tua sangat penting untuk memberikan penguatan agar siswa tidak sekadar menjadikan dunia digital sebagai hiburan, melainkan juga sebagai sarana mengembangkan kemampuan literasi yang berdampak positif.

AI Chatbot Dinilai Kurangi Kreativitas Siswa

Fela juga menyoroti tren remaja yang semakin sering menggunakan AI chatbot, baik untuk mencari informasi hingga tempat curhat. Ia menilai hal ini dapat membuat siswa kurang berpikir kritis dan menurunkan kreativitas.

“Syukurnya, di sekolah kami, saat jam pelajaran siswa tidak menggunakan gawai. Sehingga ketika belajar mereka dapat berpikir sendiri dan menuangkan ide tanpa bergantung pada AI chatbot tersebut,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebelum tahun pelajaran 2025/2026, tantangan yang kerap muncul adalah menjaga fokus siswa saat mengakses materi pembelajaran lewat gawai.

“Misalnya, ketika guru meminta siswa menonton tayangan YouTube yang berkaitan dengan materi, lalu mencatat poin penting, terkadang mereka justru beralih membuka media sosial yang tidak relevan,” ucapnya.

Melatih Siswa Kritis Hadapi Hoaks

Untuk melatih siswa lebih kritis menghadapi hoaks maupun konten deep fake, Fela menekankan pentingnya menumbuhkan rasa ingin tahu.

“Diharapkan, sebelum menyebarkan informasi yang diduga hoaks atau deep fake, siswa terlebih dahulu mencari tahu keakuratan informasi tersebut,” katanya.

Ia juga berharap pemerintah lebih gencar melakukan sosialisasi pentingnya literasi digital, agar siswa mampu menggunakan teknologi dengan bijak. (susan/hm16)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN