Newsroom: Suara Kasih dari Kolong Masjid: Tradisi Mendodoi Melayu Langkat

Newsroom: Suara Kasih dari Kolong Masjid: Tradisi Mendodoi Melayu Langkat
Newsroom: Suara Kasih dari Kolong Masjid: Tradisi Mendodoi Melayu Langkat
Langkat, MISTAR.ID
Suara lembut sholawat dan dendang Melayu, berpadu dengan ayunan kain jarik di kolong Masjid Ar Rahman, Kelurahan Bingai, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat.
Pagi itu, suasana masjid tertua di Sumatera Utara ini terasa begitu hangat dan penuh kasih.
Puluhan ibu datang bersama bayi dan balitanya. Mereka mengikuti tradisi lama yang nyaris terlupa — tradisi mendodoi, atau menidurkan anak sambil bersenandung doa dan petuah.
Mendodoi bukan sekadar meninabobokkan anak. Bagi masyarakat Melayu Langkat, dodoi adalah bentuk cinta dan pendidikan pertama dari orang tua untuk anaknya.
Lewat lirik lembut dan berulang, terselip pesan moral, ajaran agama, dan nilai-nilai budaya Melayu.
“Tidurlah anak, jangan menangis sayang… ayahmu jauh di rantau orang…”
Begitulah para atok dan andong — kakek-nenek tetua Kampung Bingai menidurkan cucu-cucu mereka dengan kasih yang menenangkan.
Camat Wampu, Ahmad Fitria, menyebut tradisi ini sebagai warisan luhur yang perlu dijaga.
Selain melestarikan budaya, kegiatan mendodoi juga dilakukan di masjid sebagai simbol kembalinya fungsi masjid — bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat sosial dan adat.
Dari dodoi, lahir ikatan kasih, spiritualitas, dan jati diri Melayu yang diwariskan sejak dini dari buaian, hingga kelak mereka dewasa. (hm21).

























