Friday, September 12, 2025
home_banner_first
NASIONAL

Drama Longsor Freeport, Semarang Siaga Hingga Oktober

journalist-avatar-top
Jumat, 12 September 2025 15.59
drama_longsor_freeport_semarang_siaga_hingga_oktober

Sebanyak 7 orang hilang di tengah longsor Freeport (Foto: Istimewa/Mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Upaya pencarian tujuh karyawan PT Freeport Indonesia yang terjebak akibat longsor di area tambang Grasberg, Papua Tengah, masih terus dilakukan. Memasuki hari keempat pascakejadian pada Senin (8/9/2025), keberadaan mereka belum juga ditemukan.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menjelaskan, tim evakuasi telah membuat dua terowongan baru untuk menembus titik yang semula diperkirakan menjadi lokasi para pekerja terjebak. Namun, setelah dicapai, para karyawan tidak berada di titik tersebut.

“Terowongan di dalam tambang berliku-liku dan cukup dalam, sehingga lokasi mereka belum bisa dipastikan,” ujar Yuliot, Jumat (12/9/2025).

Ia menambahkan, sesaat setelah longsor terjadi, komunikasi melalui handy talky (HT) sempat terjalin dengan para pekerja. Saat itu dipastikan kondisi ketujuh karyawan selamat. Namun kini kontak komunikasi terputus, diduga akibat habis baterai. Tim masih berupaya memetakan jalur terowongan lain untuk mempercepat proses penyelamatan.

Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, menegaskan bahwa tantangan terbesar adalah volume material longsor yang lebih besar dari perkiraan awal serta adanya pergerakan lumpur bijih. “Fokus kami saat ini hanya satu: keselamatan tujuh karyawan yang masih terjebak,” ujarnya.

Manajemen Freeport bersama Kementerian ESDM, MIND ID, serta Freeport McMoRan membentuk tim khusus di lokasi untuk memperkuat pencarian. PTFI juga mendatangkan keluarga para pekerja ke Tembagapura agar bisa memantau perkembangan secara langsung.

Peringatan Dini Longsor di Semarang

Di sisi lain, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang mengeluarkan peringatan dini menyusul longsor di Kecamatan Candisari pada Rabu (10/9/2025). Warga yang tinggal di wilayah perbukitan diimbau tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem hingga awal Oktober 2025.

Kepala BPBD Kota Semarang, Endro Pudyo Martantono, menyebut sejumlah kecamatan rawan longsor meliputi Candisari, Gajahmungkur, Banyumanik, dan Gunungpati. “Semarang memiliki banyak kawasan perbukitan. Maka, warga yang tinggal di area rawan harus lebih siaga,” katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, mengukuhkan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) periode 2025–2028. Ia menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mitigasi bencana, mengingat BMKG memprediksi puncak musim hujan akan terjadi akhir 2025 hingga awal 2026 dengan potensi anomali cuaca.

“Bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, maupun angin puting beliung bisa datang kapan saja. Kita tidak boleh lengah,” tegas Agustina.

Dengan dua peristiwa longsor di Papua dan Semarang ini, pemerintah pusat maupun daerah menekankan pentingnya kewaspadaan serta kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem yang berpotensi menimbulkan korban maupun kerugian besar.(*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN