Reuni Akbar Alumni SLB-B Karya Murni Penuh Kenangan, Ini Harapan Kepala Sekolah

Pembagian cenderamata dan foto bersama panitia reuni akbar dengan guru SLB B Karya Murni (f:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Suasana haru menyelimuti reuni akbar alumni SLB-B Karya Murni yang digelar di Jalan HM Joni, Medan Kota, pada Sabtu (28/6/2025). Acara ini menjadi momen penuh nostalgia sekaligus kebanggaan, karena dihadiri alumni lintas angkatan, mulai dari tahun 1987 hingga 2010, meski spanduk acara hanya mencantumkan tahun 2000–2010.
Dalam sambutannya, Kepala SLB-B Karya Murni, Suster Oktav, menyampaikan harapan besarnya kepada para alumni. Ia berharap kehadiran mereka tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga membawa pesan penting tentang keberadaan sekolah bagi anak-anak tunarungu kepada masyarakat luas.
“Ketika orang melihat mereka berkomunikasi secara oral, orang akan bertanya ‘dulu sekolah di mana?’ Dan itulah kesaksian mereka, yang menjadi nilai plus dari sekolah ini mereka diajari untuk bisa berkomunikasi secara oral,” ujarnya penuh bangga.
Suster Oktav juga berpesan agar para alumni membawa nama baik sekolah dalam kehidupan mereka, terutama di dunia kerja. Baginya, kemampuan alumni berkomunikasi secara lisan menjadi bukti nyata keberhasilan metode yang pernah diterapkan.
Momen paling menyentuh terjadi saat para alumni menampilkan tarian tanpa musik—suatu bentuk ekspresi yang menggetarkan hati.
“Mungkin kalau orang dengar yang datang melihat acara ini pasti bertanya-tanya. Karena memang tanpa suara, tapi mereka sungguh-sungguh merasakan sukacita di situ. Kami yang dapat mendengar, sungguh menikmati acara. Luar biasa karya Tuhan ini,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Ia mengaku sangat tersentuh melihat solidaritas dan semangat alumni yang dengan sukarela mengumpulkan dana agar reuni ini bisa terlaksana secara langsung, bukan hanya sekadar pertemuan di media sosial. Banyak cerita lucu dan haru terungkap, termasuk kenangan tentang masa-masa dididik dengan disiplin tinggi oleh para suster.
“Yang paling lucu, mereka bercerita bagaimana suster dulu dengan keras mendidik mereka. Kalau menggunakan bahasa isyarat, mereka dipukul. Tapi tadi mereka mengungkapkan terima kasih, mungkin kalau tidak dibuat begitu mereka tidak bisa berbicara dengan jelas seperti saat ini,” ucapnya sambil tersenyum.
Namun, ia juga menyadari bahwa pendekatan pendidikan telah berubah. Kini, tantangan jauh lebih kompleks, karena siswa yang mendaftar tidak hanya tunarungu, tetapi juga memiliki disabilitas ganda seperti autisme. Ini menuntut para pendidik untuk lebih sabar dan adaptif dalam menerapkan metode belajar.
Meski demikian, Suster Oktav tetap optimis. Menurutnya, semangat dan keberhasilan para alumni hari ini bisa menjadi inspirasi nyata bagi generasi siswa yang sedang menempuh pendidikan di SLB-B Karya Murni.
“Mereka menjadi bukti bahwa tunarungu bisa berhasil dan membanggakan,” tutupnya. (Susan/hm17)