Puluhan Dosen dan Admin UDA Datangi Rektorat Tuntut Penjelasan Pemblokiran AHU

Massa aksi saat membubarkan diri dari gedung rektorat. (foto:putra/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Puluhan dosen dan tenaga administrasi Universitas Darma Agung (UDA) menggeruduk gedung rektorat di Jalan Dr TD Pardede, Kelurahan Petisah Hulu, Kecamatan Medan Baru, Senin (7/7/2025).
Mereka diduga datang untuk meminta klarifikasi langsung dari rektor terkait surat pemblokiran Administrasi Hukum Umum (AHU) yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Para dosen tampak membawa selebaran yang diduga merupakan salinan surat pemblokiran tersebut. Mereka memasuki area rektorat, biro keuangan, hingga Fakultas Ekonomi.
Menurut Matius Situmorang, SH, selaku Humas UDA, pihak rektorat tidak mengetahui secara pasti maksud kedatangan massa karena mereka datang tanpa janji atau pemberitahuan tertulis sebelumnya.
Matius mengatakan, rektor sedang memiliki kesibukan sehingga tidak dapat menemui mereka.
"Mereka mau jumpai rektor. Tanpa ada janji, tanpa ada surat pemberitahuan sebelumnya. Sementara rektor sedang sibuk," ujar Matius saat dikonfirmasi di gedung rektorat.
Ia mengaku pihak humas telah berusaha menemui dan berdialog dengan para dosen dan admin tersebut, namun mereka tetap bersikeras ingin langsung berbicara dengan rektor.
Dosen Membawa Nama Ahli Waris
Matius juga menyebutkan bahwa beberapa peserta aksi membawa nama seorang ahli waris berinisial GS, yang menurut mereka memiliki kepentingan terhadap yayasan.
"Kami sudah jelaskan bahwa menurut Undang-Undang Yayasan, status ahli waris tidak bisa disamakan dengan struktur kepengurusan yayasan. Ini dua entitas hukum yang berbeda," ujarnya.
Terkait surat yang dibawa peserta aksi, Matius membenarkan bahwa itu adalah surat pemblokiran sistem AHU oleh Kementerian Hukum dan HAM.
Namun ia menegaskan bahwa pemblokiran tersebut tidak berkaitan dengan perubahan struktur kepengurusan yayasan.
"Itu hanya pemblokiran sistem administrasi, bukan pencabutan atau penggantian kepengurusan yayasan. Tapi mereka tetap ngotot ingin bertemu langsung dengan rektor," katanya.
Situasi sempat memanas ketika sebagian peserta aksi memaksa masuk ke dalam gedung dan berupaya melarang Matius masuk ke area rektorat.
"Terlihat seperti upaya ingin menguasai gedung. Ada dua atau tiga orang yang bahkan mencoba menghalangi saya. Untung ada CCTV, semua terekam," ucapnya.
Tanpa kejelasan dan tanpa pertemuan dengan rektor, massa aksi akhirnya membubarkan diri secara perlahan.
Upaya konfirmasi kepada beberapa peserta aksi juga tidak membuahkan hasil karena mereka memilih untuk tidak memberikan komentar. (putra/hm27)