Orang Tua Dukung Sekolah Lima Hari demi Waktu Keluarga

Ilustrasi pelajar SMA mengikuti proses belajar mengajar di kelas (f:ist/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Wacana penerapan masuk sekolah lima hari disambut positif orang tua dan akademisi. Mereka menilai kebijakan ini berdampak baik bagi keseimbangan waktu belajar siswa dan waktu bersama keluarga.
“Kalau saya pribadi, setuju sekali. Agar anak lebih punya waktu bersama keluarga, baik itu bermain maupun bercengkrama,” ujar Jholant Bringg Luck Amelia Sinaga, akademisi Universitas Prima Indonesia (Unpri), kepada Mistar, Senin (26/5/2025).
Ia juga menyoroti kondisi siswa beragama Kristen yang kerap kali tidak memiliki waktu istirahat karena aktivitas sekolah berlangsung dari Senin hingga Sabtu, sementara hari Minggu mengikuti kegiatan gereja.
Menurutnya, inti dari kebijakan ini bukan soal mengurangi lelahnya siswa karena belajar, tapi soal kebersamaan anak dengan orang tua yang lebih berkualitas.
Sebagai orang tua, Jholant juga berharap agar regulasi ini dapat segera disahkan agar anak memiliki waktu seimbang antara belajar dan bermain.
“Orang tua juga lebih bisa mengawasi anaknya dan mengurangi kelelahan anak dalam belajar, sehingga mereka bisa lebih fokus,” ucapnya.
Senada disampaikan orang tua siswa, Anwar, 57 tahun. Menurutnya, sekolah anaknya, yakni Yayasan Pendidikan Islam Namira, telah menerapkan program tersebut.
Melihat pengalaman anaknya, ia menilai lima hari sekolah sudah selayaknya diterapkan.
“Menurut saya, peraturan ini cocok diterapkan. Seperti di luar negeri, semua sudah menerapkan lima hari sekolah juga,” ujarnya.
Meski demikian, warga Medan Selayang itu berharap agar jam pulang sekolah tidak terlalu banyak ditambah, sehingga anak tidak pulang terlalu sore.
“Kalau sudah terlalu lama di sekolah, gak mungkin mengulang pelajaran lagi di rumah. Pasti bosan mereka. Kapan lagi main-main? Apalagi di masa gadget-gadget ini,” katanya lagi.
Anwar juga mengakui pentingnya keterlibatan orang tua untuk lebih mengawasi dan mengetahui kegiatan pembelajaran anak di sekolah.
“Jadi anak juga merasa memiliki tanggung jawab, harus memberi laporan ke orang tuanya ketika pulang sekolah,” tuturnya. (Susan/hm17)