Uji Coba Kapal Drone AL AS Gagal: Tabrakan hingga Pimpinan Dipecat

Ilkustrasi, Pesawat pengintai otonom global (GARC) dari Unmanned Surface Vessel Squadron (USVRON) 3 beroperasi dari jarak jauh menjelang upacara pendirian unit di Naval Base Coronado di San Diego, California, AS, 2024 lalu. (foto:reuters/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Uji coba kapal drone otonom milik Angkatan Laut Amerika Serikat di lepas pantai California mengalami serangkaian kegagalan teknis serius.
Dalam salah satu insiden yang terekam video dan dilaporkan oleh Reuters, sebuah kapal drone berhenti tiba-tiba sebelum ditabrak oleh kapal lainnya yang melompati dek dan terjatuh kembali ke laut.
Kronologi Insiden
Uji coba ini melibatkan kapal tanpa awak buatan Saronic dan BlackSea Technologies. Dalam satu percobaan, salah satu kapal drone tiba-tiba macet di tengah laut.
Saat tim teknis mencoba memperbaiki perangkat lunaknya, kapal drone lain yang sedang bergerak menabrak sisi kapal yang macet, kemudian melompati dek sebelum akhirnya tergelincir dan jatuh ke laut.
Beberapa minggu sebelumnya, dalam uji coba terpisah, seorang kapten kapal pendukung tercebur ke laut setelah kapal ditarik mendadak karena percepatan tak terduga. Beruntung, sang kapten tidak mengalami luka serius.
Penyebab dan Temuan Awal
Sumber internal menyebut bahwa insiden-insiden ini disebabkan oleh kombinasi bug perangkat lunak, gangguan komunikasi antara sistem onboard dan software otonom eksternal, serta kesalahan manusia dalam pelaksanaan prosedur uji. Kegagalan tersebut menyoroti betapa rapuhnya sistem drone otonom saat diuji dalam kondisi operasional nyata.
Dampak Terhadap Kontrak dan Akuisisi
Akibat kejadian ini, Defense Innovation Unit (DIU) menangguhkan kontrak senilai hampir USD 20 juta dengan L3Harris, penyedia salah satu perangkat lunak yang digunakan dalam pengujian. Unit akuisisi Angkatan Laut untuk kapal tanpa awak (PEO USC) juga sedang meninjau ulang spesifikasi teknis dan melakukan restrukturisasi internal, termasuk pemecatan pimpinan unit terkait.
Konteks Strategis dan Program Replicator
Kegagalan uji coba ini terjadi di tengah upaya besar AS mempercepat pembangunan armada drone laut, terinspirasi oleh keberhasilan penggunaan drone dalam konflik Ukraina serta kekhawatiran akan potensi konflik dengan Tiongkok di Selat Taiwan.
Pemerintah AS sebelumnya meluncurkan program Replicator senilai USD 1 miliar pada 2023 untuk mengakuisisi ribuan drone udara dan laut. Namun, kegagalan teknis seperti ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai efektivitas, kesiapan teknologi, serta efisiensi biaya dari program ambisius tersebut.
Baca Juga: Kim Jong Un Uji Coba Senjata Baru
Pandangan Analis dan Kesimpulan
Para analis menilai bahwa Angkatan Laut AS tengah memasuki “perairan belum dipetakan” dengan menggabungkan proses pengadaan tradisional dan pengembangan cepat berbasis perangkat lunak. Ini menciptakan risiko operasional yang tidak terduga.
Diperlukan penyesuaian taktik, pengujian yang lebih ketat, dan tata kelola akuisisi yang lebih transparan agar teknologi otonom dapat diimplementasikan secara aman dan efektif dalam skala besar.
Kesimpulannya, kegagalan dalam uji coba kapal drone ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan sinyal penting bagi pembuat kebijakan. Diperlukan kesiapan prosedural dan pengawasan yang kuat sebelum sistem drone otonom digunakan secara luas di armada militer.