Saturday, October 18, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Tujuh Tentara Pakistan Tewas dalam Serangan Bunuh Diri di Perbatasan Afghanistan: Gencatan Senjata di Ujung Tanduk?

Mistar.idJumat, 17 Oktober 2025 14.49
RF
tujuh_tentara_pakistan_tewas_dalam_serangan_bunuh_diri_di_perbatasan_afghanistan_gencatan_senjata_di_ujung_tanduk

Ilustrasi, pasukan bersenjata yang berjaga. (foto:antara/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Tujuh tentara Pakistan dilaporkan tewas dalam serangan bunuh diri di dekat perbatasan Afghanistan pada Jumat (17/10/2025). Insiden ini terjadi di tengah gencatan senjata rapuh antara kedua negara yang baru saja menghentikan pertempuran sengit selama beberapa hari terakhir.

Latar Belakang Konflik Perbatasan Pakistan–Afghanistan

Ketegangan di perbatasan Pakistan dan Afghanistan telah berlangsung selama puluhan tahun. Garis Durand, yang ditetapkan pada masa kolonial Inggris, menjadi sumber perdamaian yang tak kunjung selesai.

Pemerintah Pakistan menuding Taliban yang kini berkuasa di Kabul sebagai pihak yang membiarkan kelompok militan seperti Tehrik-e Taliban Pakistan (TTP) beroperasi dari wilayah Afghanistan dan melancarkan serangan melintasi batas.

Sebaliknya, pihak Afghanistan menyangkal tuduhan tersebut dan justru menuduh Islamabad kerap melakukan pelanggaran wilayah dengan serangan udara dan tembakan yang mengancam warga sipil.

Lonjakan Konflik Terkini

Sejak 10 Oktober 2025, kawasan perbatasan kedua negara kembali memanas. Bentrokan melibatkan serangan udara, baku tembak lintas perbatasan, dan operasi militer darat yang menyebabkan puluhan korban jiwa di kedua belah pihak.

Situasi mencapai puncaknya pada Jumat (17/10/2025) ketika sebuah serangan bunuh diri menjatuhkan tujuh tentara Pakistan di wilayah barat laut negara itu. Serangan tersebut menjadi simbol nyata rapuhnya stabilitas keamanan di kawasan tersebut.

Gencatan Senjata yang Rapuh

Beberapa hari sebelum serangan terjadi, Islamabad dan Kabul telah setuju untuk melakukan gencatan senjata 48 jam sebagai upaya meredakan ketegangan. Namun, peristiwa terbaru ini membuktikan bahwa perdamaian yang dicapai masih bersifat sementara dan mudah digoyahkan oleh aksi militan.

Para pengamat menilai, gencatan semacam ini sulit bertahan tanpa adanya kerja sama nyata dalam menindak kelompok militan lintas batas yang sering memanfaatkan situasi politik dan keamanan kedua negara.

Selain mengancam stabilitas kawasan, konflik berkelanjutan ini juga menimbulkan dampak kemanusiaan yang signifikan bagi warga di sepanjang perbatasan — dari pengungsian massal hingga gangguan ekonomi lokal. (berbagaisumber/hm27)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN