Swedia Desak China Bebaskan Gui Minhai: Simbol Ketegangan Diplomatik yang Tak Kunjung Reda

Gui Minhai. (foto:scmp/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Hubungan persahabatan antara Swedia dan Tiongkok kembali memanas setelah Menteri Luar Negeri Swedia, Maria Malmer Stenergard, mendesak Beijing untuk membebaskan Gui Minhai, warga negara Swedia yang masih ditahan otoritas Tiongkok sejak 2018.
Desakan tersebut disampaikan Stenergard, pada Jumat (17/10/2025), usai melakukan kunjungan resmi ke Beijing, dalam upaya membuka kembali dialog yang telah lama buntu antara kedua negara.
“Sikap kami tetap teguh: Gui Minhai harus dibebaskan dan dipersatukan kembali dengan keluarganya,” tulis Stenergard melalui akun media sosial X (sebelumnya Twitter), dikutip dari Reuters.
Kasus Lama yang Terus Menjadi Batu Sandungan
Gui Minhai, 61 tahun, merupakan penerbit buku asal China yang kemudian menjadi warga negara Swedia. Ia dikenal karena menerbitkan buku-buku politik yang mengkritik para pemimpin Partai Komunis Tiongkok melalui publikasi independennya yang berbasis di Hong Kong.
Pada tahun 2020 , Gui dijatuhi hukuman 10 tahun penjara oleh pengadilan Tiongkok di kota Ningbo atas tuduhan “secara ilegal menyediakan intelijen ke luar negeri”. Tuduhan ini diterbitkan oleh Swedia, yang menilai kasus tersebut melanggar politik dan melanggar prinsip hak asasi manusia.
Kasus Gui telah menjadi sumber ketegangan diplomatik yang panjang antara Stockholm dan Beijing, menggambarkan perbedaan mendasar antara sistem hukum dan nilai-nilai kebebasan di kedua negara.
Respons Tegas dari China
Menanganggapi seruan dari Stenergard, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Jian, menekankan bahwa pemerintahnya menangani kasus Gui sepenuhnya sesuai dengan hukum nasional.
“Kami dengan tegas menentang negara mana pun, organisasi, atau individu yang mencoba mencampurkan kekuasaan Tiongkok dengan cara apa pun,” ujar Jian dalam konferensi pers rutin, Jumat (17/10/2025).
Sehari sebelumnya, pihak Kementerian Luar Negeri Tiongkok juga menyatakan bahwa Gui kini berstatus sebagai warga negara Tiongkok, memperumit posisi diplomatik Swedia dalam menuntut perlindungan terhadap warganya.
Kronologi Penahanan Gui Minhai
Kasus Gui pertama kali muncul pada tahun 2015, ketika ia diculik di Pattaya, Thailand, dan kemudian muncul di tahanan otoritas Tiongkok. Setelah sempat dibebaskan pada tahun 2017, Gui kembali ditahan pada tahun 2018 saat melakukan perjalanan kereta menuju Beijing bersama seorang diplomat Swedia.
Pengadilan di Ningbo yang menjatuhkan hukuman terhadapnya menyebutkan bahwa Gui telah secara sukarela meminta pemulihan kewarganegaraan China. Namun, pemerintah Swedia menolak klaim tersebut dan menyatakan bahwa Gui tidak pernah mengajukan permohonan pencabutan kewarganegaraan Swedia-nya.
Diplomasi dan Isu Hak Asasi Manusia
Seruan terbaru dari Swedia menegaskan bahwa kasus Gui tidak sekadar persoalan hukum, melainkan juga ujian diplomasi dan hak asasi manusia.
Negara-negara Barat, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat, sebelumnya juga menyoroti kasus Gui Minhai sebagai simbol kebebasan berekspresi di Tiongkok.
Di sisi lain, Beijing terus menolak segala bentuk tekanan internasional, menegaskan bahwa sistem hukumnya berdaulat dan tidak tunduk pada pengaruh luar.
Kesimpulan: Kasus Gui Minhai kini menjadi simbol ketegangan yang mendalam antara Swedia dan Tiongkok, serta mencerminkan benturan nilai antara demokrasi liberal dan otoritarianisme modern.
Dengan Swedia yang terus menuntut permintaan warganya dan Tiongkok yang menegaskan kelestariannya, jalan menuju penyelesaian diplomasi masih tampak panjang dan berliku. (*/hm27)
BERITA TERPOPULER









Nottingham Forest vs Chelsea: Prediksi Duel Panas, The Blues Tanpa Maresca dan Palmer di City Ground
