Wednesday, September 3, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Thaddeus, Bayi dari Embrio yang Dibekukan 30 Tahun Lalu, Pecahkan Rekor IVF Dunia

journalist-avatar-top
Selasa, 2 September 2025 21.16
thaddeus_bayi_dari_embrio_yang_dibekukan_30_tahun_lalu_pecahkan_rekor_ivf_dunia

Thaddeus Daniel Pierce lahir pada tanggal 26 Juli di London, Ohio. (Foto: Istimewa/Mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Dunia kedokteran reproduksi mencatat sejarah baru dengan kelahiran Thaddeus Daniel Pierce, bayi yang lahir dari embrio yang dibekukan lebih dari 30 tahun lalu. Kelahiran ini bukan sekadar peristiwa medis, tetapi juga menandai kemajuan teknologi kriopreservasi yang mengubah pandangan tentang masa depan fertilitas berbantuan.

Perjalanan Panjang: Dari Embrio 1994 hingga Lahir di 2025

Thaddeus dikandung melalui proses fertilisasi in vitro (IVF) pada tahun 1994 oleh Linda Archerd, seorang wanita asal Amerika Serikat. Saat itu, Archerd dan pasangannya menjalani program bayi tabung karena kesulitan memiliki anak. Dari empat embrio yang dihasilkan, satu ditanam dan tiga lainnya dibekukan menggunakan teknologi kriopreservasi sederhana.

Namun, pernikahan Archerd berakhir dengan perceraian, dan ketiga embrio beku tersebut tetap tersimpan selama tiga dekade di fasilitas penyimpanan. Bertahun-tahun kemudian, Linda mengetahui tentang program adopsi embrio Snowflakes yang memungkinkan keluarga lain menanamkan embrio sumbangan.

Lindsey dan Tim Pierce: Pasangan yang Mengadopsi Embrio

Pasangan Lindsey (35) dan Tim Pierce (34), yang lama mendambakan anak, akhirnya mengajukan diri dalam program tersebut. Mereka memenuhi semua persyaratan, dan Archerd memilih untuk menyumbangkan embrio yang telah ia simpan selama puluhan tahun.

Prosedur pemindahan embrio dilakukan di Rejoice Fertility Clinic, Tennessee, dengan melibatkan dua embrio yang ditanamkan ke rahim Lindsey. Dari dua embrio tersebut, hanya satu yang berkembang menjadi bayi sehat: Thaddeus Daniel Pierce.

“Saya sudah lama ingin menjadi seorang ibu. Saya sangat senang,” kata Lindsey kepada MIT Technology Review, menggambarkan momen kelahiran putranya sebagai sesuatu yang “seperti adegan film fiksi ilmiah.”

Tantangan Teknis: Menghidupkan Embrio dari Era 1990-an

Menurut John Gordon, direktur klinik Rejoice Fertility, keberhasilan ini adalah sebuah keajaiban. Teknologi pembekuan pada era 1990-an sangat berbeda dengan standar saat ini.

“Ketika saya melihat bagaimana mereka dibekukan dulu, saya merasa kagum; kini, teknik tersebut dianggap hampir buatan sendiri,” ujarnya. Tantangan utamanya adalah memastikan embrio tetap utuh setelah dibekukan dalam waktu yang sangat lama.

Rekor Baru dan Dampak untuk Dunia Medis

Kelahiran Thaddeus mencetak rekor dunia untuk embrio terlama yang berhasil dilahirkan sebagai bayi sehat. Sebelumnya, rekor dipegang oleh embrio berusia sekitar 27 tahun. Fakta ini menunjukkan bahwa kriopreservasi jangka panjang benar-benar memungkinkan, memberi harapan bagi pasangan yang menunda kehamilan.

Namun, keberhasilan ini juga menimbulkan pertanyaan etika dan hukum:

  1. Sampai kapan embrio boleh disimpan?
  2. Apakah embrio harus tetap “hidup” secara hukum?
  3. Bagaimana status anak yang lahir dari embrio hasil adopsi?
  4. Isu Bioetika dan Perdebatan Sosial

Beberapa pihak memuji pencapaian ini sebagai kemenangan teknologi reproduksi berbantuan, tetapi ada juga yang mengkritiknya. Kelompok pro-adopsi tradisional berpendapat bahwa ribuan anak di panti asuhan masih menunggu untuk diadopsi, sehingga prioritas seharusnya bukan pada embrio beku.

Selain itu, sebagian kalangan mempertanyakan dampak psikologis dan sosial bagi anak-anak yang lahir dari embrio berusia puluhan tahun. Apakah mereka akan diperlakukan berbeda? Bagaimana hubungan dengan orang tua biologis?

Pandangan Religi dan Moral

Sebagian besar program adopsi embrio di Amerika Serikat, termasuk Snowflakes, dikelola oleh organisasi Kristen. John Gordon, direktur Rejoice Fertility, menekankan, “Setiap embrio berhak mendapatkan kesempatan untuk hidup, dan satu-satunya yang tidak dapat menghasilkan bayi yang sehat adalah embrio yang tidak ditransfer ke pasien.”

Teknologi Kriopreservasi dan Masa Depan IVF

Kisah Thaddeus menunjukkan bahwa penyimpanan embrio dalam jangka waktu sangat lama tidak merusak viabilitasnya, asalkan dilakukan dengan prosedur yang tepat. Hal ini membuka kemungkinan baru:

  1. Menunda kehamilan untuk alasan medis atau sosial.
  2. Memberi solusi bagi pasien kanker yang ingin memiliki anak setelah terapi.
  3. Memperluas program adopsi embrio untuk keluarga infertil.

Apakah Ini Kasus Pertama?

Menurut MIT Technology Review, ini bukan kelahiran pertama dari embrio lama, tetapi Thaddeus memegang rekor sebagai bayi yang lahir dari embrio berusia 30 tahun, yang sebelumnya belum pernah terjadi.(*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN