Friday, August 15, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Perundingan Global Atasi Polusi Plastik Gagal Capai Kesepakatan, Ini Pemicunya

journalist-avatar-top
Jumat, 15 Agustus 2025 20.31
perundingan_global_atasi_polusi_plastik_gagal_capai_kesepakatan_ini_pemicunya

Sidang pleno PBB di Jenewa. (foto: Getty Images)

news_banner

Jenewa, MISTAR.ID

Perundingan internasional untuk merumuskan perjanjian global dalam mengatasi krisis polusi plastik resmi berakhir tanpa hasil, Jumat (15/8/2025). Negosiasi yang digelar selama 10 hari di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jenewa, itu gagal mencapai kesepakatan atau sikap bersama antarnegara.

Sekitar 1.000 delegasi dari berbagai negara berkumpul untuk menyusun kesepakatan membatasi produksi plastik dan menangani limbahnya. Namun, hingga Jumat pagi tak ada tanda-tanda tercapainya kesepakatan konkret.

Menteri Lingkungan Prancis, Agnes Pannier-Runacher, menyampaikan rasa kecewa atas kebuntuan tersebut. "Meski ada kemajuan dalam diskusi, tak ada hasil nyata yang tercapai," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Delegasi Kolombia, Haendel Rodriguez, secara terang-terangan menyebut beberapa negara produsen minyak sebagai penghambat utama. "Proses ini terblokir oleh segelintir negara yang memang tidak menginginkan adanya kesepakatan," katanya.

Suasana Sidang Penuh Ketegangan

Sidang pleno terakhir yang digelar, Kamis (14/8/2025), hanya berlangsung kurang dari satu menit. Banyak delegasi dibuat bingung oleh kekacauan yang terjadi di ruang sidang utama.

"Belum pernah saya melihat sidang seperti ini. Ruangan penuh dan semua bingung dengan apa yang sedang terjadi," ujar Aleksandar Rankovic dari lembaga The Common Initiative kepada AFP.

Upaya Ketua Sidang dari Ekuador untuk mendorong kompromi pun gagal, sementara pertemuan informal terus berlangsung tanpa kejelasan naskah final.

Tarik Menarik Kepentingan

Koalisi Ambisi Tinggi yang terdiri dari negara-negara seperti Uni Eropa, Inggris, Kanada, Kenya, dan sejumlah negara Afrika dan Amerika Latin, mendorong pengurangan produksi plastik dan pelarangan bahan kimia beracun dalam produk plastik.

Namun, negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Rusia, Iran, dan Malaysia menolak pembatasan produksi dan lebih memilih fokus pada manajemen limbah.

Menteri Lingkungan Kenya, Deborah Barasa, menyarankan pendekatan bertahap agar perjanjian tetap bisa dibentuk. "Kita harus cari titik tengah. Perjanjian bisa disepakati dulu, lalu teknisnya disusun bertahap," katanya kepada AFP.

Dampak Global Polusi Plastik

Polusi plastik kini menjadi salah satu masalah lingkungan paling serius di dunia. Mikroplastik telah ditemukan di puncak gunung, dasar laut, hingga tubuh manusia.

OECD memperkirakan jika tidak dikendalikan, produksi plastik berbahan fosil akan melonjak tiga kali lipat menjadi 1,2 miliar ton per tahun pada 2060. Sementara limbah plastik diprediksi melampaui 1 miliar ton.

Menteri Lingkungan Denmark, Magnus Heunicke, menyebut kebuntuan ini sebagai tragedi dan berjanji akan terus mendorong lahirnya perjanjian global. "Kami akan terus berupaya hingga tercipta perjanjian yang benar-benar membantu negara-negara mengatasi polusi plastik," tuturnya. (mtr/hm24)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN