Wednesday, August 20, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Mengapa Rusia Kini Siap Berdamai dengan Ukraina? Simak Empat Syarat Utamanya

journalist-avatar-top
Rabu, 20 Agustus 2025 19.50
mengapa_rusia_kini_siap_berdamai_dengan_ukraina_simak_empat_syarat_utamanya

Ilustrasi, perang Rusia-Ukraina. (foto:dokumentasi/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Setelah lebih dari tiga tahun konflik bersenjata yang menimbulkan korban jiwa besar dan kehancuran infrastruktur di Ukraina, muncul sinyal kuat bahwa Rusia mulai membuka ruang untuk dialog damai.

Perubahan sikap Moskow ini dipicu oleh dinamika geopolitik global dan tekanan ekonomi yang semakin berat di tengah sanksi internasional yang berkepanjangan.

Langkah awal menuju pembicaraan terlihat dari pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden AS Donald Trump di Anchorage, Alaska, pada 15 Agustus 2025. Meski belum menghasilkan kesepakatan gencatan senjata, momen ini dinilai penting dalam membuka jalur diplomasi.

Syarat Perdamaian Versi Rusia

Rusia menyatakan kesiapan berdialog, namun mengajukan empat syarat utama:

- Pengakuan internasional atas pencaplokan Krimea, Donetsk, dan Luhansk

- Komitmen netralitas Ukraina, artinya tanpa keanggotaan NATO

- Penarikan pasukan asing dari wilayah sengketa

- Pencabutan sanksi ekonomi yang selama ini membebani Rusia.

Alasan Strategis Rusia

Beberapa faktor utama yang mendorong langkah damai ini mencakup:

- Keamanan Geopolitik: Rusia ingin mempertahankan zona penyangga dari pengaruh Barat

- Kontrol Ekonomi: Kawasan Donbas dan Krimea memiliki nilai strategis tinggi, baik secara militer maupun ekonomi

- Tekanan Sanksi: Dampak ekonomi akibat sanksi Barat menekan Rusia untuk mempertimbangkan jalur damai demi pemulihan ekonomi.

Narasi Sejarah dan Ideologi

Presiden Putin terus menekankan bahwa Ukraina dan Rusia adalah "satu bangsa" yang memiliki akar sejarah dan budaya yang sama. Retorika ini menjadi landasan ideologis bagi klaim teritorial Rusia terhadap wilayah Ukraina timur.

Sikap terhadap Keterlibatan Pihak Ketiga

Rusia menilai bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui dialog langsung antara pihak-pihak utama dalam konflik. Kremlin mengkritik keterlibatan negara-negara ketiga, seperti Vatikan, dan lebih memilih negosiasi yang dimediasi oleh negara-negara seperti Turki atau Uni Emirat Arab yang dianggap lebih netral.

Konflik Rusia–Ukraina belum menunjukkan akhir yang pasti, namun perubahan pendekatan ini membuka harapan baru akan proses damai yang lebih konkret di masa mendatang. Apakah kesepakatan damai bisa terwujud? Dunia masih menanti.

Artikel ini ditulis dan diedit dengan dukungan teknologi Kecerdasan Buatan (AI), serta merujuk pada berbagai sumber terpercaya, Rabu (20/8/2025). (*)

REPORTER: