Greta Thunberg Akui Disiksa saat Ditahan Israel Usai Coba Kirim Bantuan ke Gaza

Aktivis Global Sumud Flotilla (GSF), Greta Thunberg (tengah) yang ditahan dan disiksa tentara Israel selama 5 hari. (Foto: Reuters/Louisa Gouliamaki)
Stockholm, MISTAR.ID
Aktivis iklim asal Swedia, Greta Thunberg, mengungkap pengalaman mengerikan selama lima hari ditahan oleh otoritas Israel awal Oktober 2025. Ia ditangkap bersama peserta armada kemanusiaan Global Sumud yang berupaya menembus blokade bantuan ke Jalur Gaza.
Dalam wawancara dengan harian Aftonbladet, Thunberg, 22 tahun, mengaku mengalami pemukulan, tendangan, hingga ancaman digas oleh penjaga penjara Israel. Ia ditahan bersama sejumlah warga Swedia lainnya setelah kapal mereka dihentikan secara paksa oleh tentara Israel bersenjata otomatis.
“Ini bukan tentang saya, tetapi tentang ribuan warga Palestina, termasuk anak-anak yang ditahan tanpa pengadilan dan banyak di antaranya disiksa,” ujar Thunberg.
Thunberg menjelaskan, tentara Israel naik ke kapal Global Sumud dan merusak persediaan bantuan, termasuk obat-obatan dan makanan. Para aktivis dipaksa duduk di bawah terik matahari tanpa air minum selama berjam-jam, sementara para penjaga mengejek mereka.
Kapal kemudian dibawa ke Pelabuhan Ashdod, tempat Thunberg mengaku diseret, dipukul, dan ditendang oleh aparat. Ia mengatakan, tangannya diikat, topinya dirampas dan diinjak, serta ia dihina dengan kata-kata kasar dalam bahasa Swedia.
“Mereka berkata, ‘tempat khusus untuk wanita spesial,’ dan terus memanggil saya dengan sebutan hinaan dalam bahasa Swedia,” katanya.
Thunberg juga menuding Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, terlibat dalam pelecehan verbal terhadap para aktivis. Ia menyebut para tahanan dipaksa berdiri atau berlutut selama berjam-jam tanpa air, bahkan diberi air keran kotor hingga banyak yang jatuh sakit.
Ia menambahkan, dinding sel yang ditempatinya penuh dengan bekas peluru, noda darah, serta ukiran pesan dari tahanan Palestina sebelumnya.
Meski mengalami perlakuan buruk, Thunberg menegaskan fokus utama tetap pada penderitaan warga Gaza. “Apa yang kami alami hanyalah sebagian kecil dari apa yang dialami warga Palestina setiap hari,” ucapnya.
Armada Global Sumud sendiri membawa sekitar 500 sukarelawan dari berbagai negara, termasuk guru, dokter, mahasiswa, dan anggota parlemen. Mereka berniat mengirim bantuan makanan dan medis ke Gaza yang masih diblokade Israel.
Sementara itu, keluarga para tahanan di Swedia mengkritik pemerintah karena dianggap lamban memberikan bantuan diplomatik. Thunberg menuturkan, Kementerian Luar Negeri Swedia hanya memberikan dukungan konsuler terbatas tanpa upaya konkret untuk membebaskan warganya.
Greta Thunberg dan peserta lainnya berencana melaporkan perlakuan Israel serta kelalaian pemerintah Swedia ke Ombudsman Parlemen. (hm25)