Global Sumud Flotilla Dihadang Israel, Kolombia Usir Diplomat dan Hentikan FTA

Kapal-kapal dalam misi Global Sumud Flotilla saat berlabuh di Koufonisi, Yunani, pada 24 September lalu sebelum melanjutkan perjalanan ke Jalur Gaza (Foto: AFP)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan ke Jalur Gaza kembali diadang pasukan Angkatan Laut Israel. Meski begitu, puluhan kapal tetap melanjutkan perjalanan menuju wilayah Palestina yang tengah dilanda krisis kemanusiaan.
GSF diketahui mengerahkan sekitar 45 kapal dengan penumpang aktivis dan politisi internasional, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg. Armada tersebut berangkat dari Spanyol pada September 2025 dengan tujuan menembus blokade Israel terhadap Gaza, wilayah yang diakui PBB menghadapi bencana kelaparan.
Israel Cegat 13 Kapal, 30 Lainnya Tetap Berlayar
Pada Rabu (1/10/2025), Angkatan Laut Israel mencegat sedikitnya 13 kapal dengan sekitar 200 penumpang di perairan internasional. Namun, menurut keterangan GSF, sebanyak 30 kapal tetap berlayar mendekati Gaza dan hanya berjarak sekitar 46 mil laut (85 km) dari pesisir pada Kamis (2/10/2025) dini hari.
GSF mengecam tindakan Israel yang dianggap ilegal karena dilakukan di wilayah perairan internasional. Beberapa kapal, seperti Alma dan Sirius, dilaporkan mendapat manuver agresif dari kapal perang Israel.
Reaksi Dunia: Kolombia Usir Diplomat Israel
Pencegatan itu memicu reaksi keras internasional. Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pengusiran seluruh diplomat Israel yang tersisa di negaranya serta penghentian perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan Israel.
Langkah ini diambil setelah dua aktivis Kolombia, Manuela Bedoya dan Luna Barreto, ditahan oleh militer Israel saat ikut serta dalam armada kemanusiaan tersebut. Petro menyebut penahanan itu sebagai “kejahatan internasional baru” yang dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
“Kolombia menuntut pembebasan segera kedua warganya. Kehadiran diplomatik Israel di Kolombia resmi berakhir,” tegas Petro dalam pernyataan resminya.
Tekanan Diplomatik dari Eropa dan Afrika
Dari Eropa, Italia dan Yunani mendesak Israel menjamin keselamatan peserta flotilla, namun juga meminta para aktivis menghentikan perjalanan demi menghindari eskalasi. Sementara Afrika Selatan menekankan pentingnya menjaga keselamatan seluruh penumpang tak bersenjata yang ikut dalam misi tersebut.
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez menyatakan para aktivis GSF bukanlah ancaman bagi Israel dan berharap pemerintah Netanyahu tidak menjadikan mereka sebagai target agresi.
Misi Berlanjut
Meski menghadapi ancaman dan pencegatan, juru bicara GSF, Saif Abukeshek, menegaskan misi kemanusiaan akan terus berlanjut.
“Mereka bertekad, termotivasi, dan akan melakukan segala daya upaya untuk mematahkan pengepungan Gaza,” ujarnya melalui video yang dipublikasikan di media sosial.(*)
BERITA TERPOPULER
Fenerbahce vs Nice: Preview, Head to Head, Prediksi Skor, Line Up, dan Analisis Taktik Europa League









