Dugaan Bullying Siswi SMA Gegerkan Malaysia, Kejagung Selidiki Kematian Zara Mahathir

Zara Qairina Mahathir. (foto: Malay Mail)
Kuala Lumpur, MISTAR.ID
Pemerintah Malaysia resmi membuka penyelidikan mendalam terhadap kematian tragis Zara Qairina Mahathir, siswi kelas satu di Sekolah Menengah Kebangsaan Agama Tun Datu Mustapha, Papar, Sabah. Keputusan ini diambil menyusul tekanan publik yang kian membesar akibat dugaan perundungan (bullying) yang mengarah pada unsur pidana.
Zara meninggal dunia pada 17 Juli 2025, setelah sehari sebelumnya ditemukan tidak sadarkan diri di saluran air dekat asrama sekolah. Laporan awal menyebutkan ia jatuh dari lantai tiga asrama, namun masyarakat menilai ada banyak kejanggalan.
Dalam pernyataan resmi, Kejaksaan Agung Malaysia menyatakan akan menggelar inkues atau penyelidikan yudisial untuk mengungkap penyebab pasti kematian Zara.
“Tujuan dari inkues ini adalah untuk menentukan penyebab dan keadaan kematian, termasuk apakah terdapat unsur pidana,” demikian pernyataan Kejagung dikutip dari Malay Mail, Rabu (13/8/2025).
Inkues akan dilakukan oleh Mahkamah Koroner secara independen dan transparan berdasarkan Pasal 339 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Acara Pidana Malaysia.
Sebelumnya, jenazah Zara dimakamkan tanpa melalui proses autopsi, meskipun sang ibu menemukan adanya memar mencurigakan di tubuh putrinya saat memandikannya untuk terakhir kali. Pihak keluarga melalui kuasa hukum sempat mendesak dilakukan ekshumasi atau pembongkaran makam guna memastikan penyebab kematian.
Kejagung akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. Makam Zara dibongkar pada 9 Agustus, dan autopsi dilakukan sehari setelahnya di Rumah Sakit Queen Elizabeth I, Kota Kinabalu.
Kasus ini menyita perhatian luas setelah publik mencurigai adanya perundungan yang dilakukan oleh siswa senior di sekolah Zara. Rekaman suara Zara kepada ibunya yang menyebut dirinya kerap diganggu oleh siswa lain turut memperkuat dugaan tersebut.
Bahkan, beredar spekulasi bahwa pelaku bullying adalah anak-anak dari kalangan pejabat, meskipun tuduhan itu telah dibantah oleh berbagai pihak.
Selain itu, pihak kepolisian juga dikritik karena tidak segera menyita pakaian korban untuk keperluan forensik, sebuah langkah yang seharusnya menjadi prosedur standar dalam penyelidikan kasus mencurigakan.
Ribuan orang dari berbagai wilayah di Sabah, seperti Tawau, Sandakan, Lahad Datu, Labuan, hingga Sipitang, turun ke jalan untuk menuntut keadilan atas kematian Zara.
Menanggapi gelombang protes ini, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim akhirnya angkat bicara. Ia menegaskan bahwa penyelidikan akan dilakukan secara cepat dan transparan.
“Jika ada bukti pelanggaran hukum, siapa pun pelakunya akan dihukum. Tidak ada yang kebal hukum,” kata Anwar dalam pernyataannya. (mtr/hm24)