Rupiah Melemah di Awal November 2025: Ini Penyebab dan Dampaknya terhadap Perekonomian RI

Ilustrasi, Rupiah Melemah di Awal November 2025. (foto:geminiai/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Nilai tukar rupiah kembali melemah di awal pekan November 2025. Sentimen global, terutama terkait kebijakan suku bunga Amerika Serikat (AS), membuat dolar AS menjadi aset aman pilihan investor, sehingga menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
Pelemahan ini menjadi perhatian pasar karena terjadi di tengah fase pemulihan ekonomi domestik dan meningkatnya kebutuhan dolar menjelang akhir tahun, terutama untuk aktivitas impor dan pembayaran utang luar negeri.
Dolar Menguat, The Fed Masih “Hawkish”
Penyebab utama melemahnya rupiah adalah penguatan dolar AS setelah pejabat Federal Reserve (The Fed) kembali mengisyaratkan kebijakan moneter yang tetap ketat (hawkish).
Pasar menilai peluang penurunan suku bunga masih terbatas, sehingga aliran modal global lebih banyak mengarah ke aset safe haven seperti dolar dan obligasi AS.
Selain itu, ketegangan geopolitik global dan belum pulihnya hubungan dagang antara AS dan Tiongkok turut memperkuat tekanan terhadap aset berisiko, termasuk rupiah.
Faktor Domestik Juga Menekan Rupiah
Dari dalam negeri, pelaku pasar tengah menunggu rilis data ekonomi nasional, seperti inflasi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal terakhir tahun ini.
Kekhawatiran bahwa data ekonomi tidak sesuai ekspektasi membuat investor bersikap hati-hati.
Selain itu, permintaan dolar meningkat karena kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri yang jatuh tempo pada akhir tahun fiskal. Kondisi ini memperlemah posisi rupiah di pasar spot.
Dampak bagi Masyarakat dan Dunia Usaha
Pelemahan rupiah tidak hanya berdampak pada pasar keuangan, tetapi juga langsung dirasakan masyarakat dan pelaku usaha.
Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:
- Harga barang impor dan bahan baku industri naik, menekan biaya produksi.
- Pembayaran utang luar negeri pemerintah maupun swasta menjadi lebih mahal.
- Tekanan inflasi meningkat, menurunkan daya beli masyarakat.
- Investor cenderung berhati-hati, menyebabkan fluktuasi di pasar saham dan obligasi.
Namun, di sisi lain, sektor berorientasi ekspor seperti sawit, karet, dan komoditas unggulan nasional justru bisa diuntungkan, karena pendapatan dalam dolar AS meningkat ketika dikonversi ke rupiah.
Meski rupiah tertekan, analis memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan terus menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi di pasar valas dan kebijakan moneter yang hati-hati agar fluktuasi tidak menimbulkan efek domino pada perekonomian nasional. (berbagaisumber/hm27)
PREVIOUS ARTICLE
Bulog Pastikan Stok Beras Sumut Aman Hingga April 2026





















