Tuesday, September 9, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Purbaya Yudhi Sadewa Gantikan Sri Mulyani, Pasar Keuangan Tertekan

journalist-avatar-top
Selasa, 9 September 2025 15.00
purbaya_yudhi_sadewa_gantikan_sri_mulyani_pasar_keuangan_tertekan

Menteri Keuangan Indonesia yang baru diangkat Purbaya Yudhi Sadewa (kiri) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. (foto:ferry/google/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Purbaya Yudhi Sadewa resmi menjabat sebagai Menteri Keuangan menggantikan Sri Mulyani Indrawati pada Selasa (9/9/2025).

Penunjukan ini menandai pergeseran kebijakan fiskal Indonesia menuju pendekatan yang lebih pro-pertumbuhan, di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Namun, reaksi pasar menunjukkan ketidakpastian. Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung tertekan setelah pengumuman penggantian tersebut.

Transisi Jabatan dan Tantangan Global

Dalam upacara serah terima jabatan di Kementerian Keuangan, Purbaya mengakui tantangan yang dihadapinya tidak mudah.

“Tugasnya tidak mudah,” ujar Purbaya dikutip dari Reuters.

Turut hadir dalam acara tersebut adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Wakil Gubernur Bank Indonesia, Destry Damayanti.

Sri Mulyani dalam pidato perpisahannya menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan selama masa jabatannya.

“Tidak ada yang sempurna. Ketika seseorang menjalankan tugas, pasti ada kekurangan. Saya dengan rendah hati meminta maaf,” ucap Sri Mulyani.

Reaksi Pasar: Rupiah Melemah, IHSG Turun

Masih dikutip dari Reuters, penggantian Sri Mulyani secara mendadak memicu kepanikan di pasar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun lebih dari 1%, memaksa Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas kurs.

Sementara itu, IHSG anjlok lebih dari 1,5% dalam perdagangan pagi hari setelah kabar tersebut diumumkan pada Senin. Obligasi internasional Indonesia juga turut melemah, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap potensi pelebaran defisit fiskal.

“Sri Mulyani adalah simbol kehati-hatian fiskal. Kepergiannya memicu kekhawatiran akan pelebaran defisit di bawah tekanan populisme Prabowo,” kata Hasnain Malik, analis Tellimer.

Janji Pertumbuhan 8%, Realistis?

Presiden Prabowo sebelumnya menjanjikan pertumbuhan ekonomi hingga 8% dan peluncuran berbagai program sosial berskala besar. Namun, realisasi target ini masih jauh dari nyata, mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca-pandemi masih bertahan di kisaran 5%.

Purbaya tetap optimistis. Ia menyebut pertumbuhan 6-7% dalam jangka pendek masih mungkin dicapai melalui peningkatan peran pemerintah dan sektor swasta dalam perekonomian.

“Bukan tidak mungkin untuk tumbuh 8%,” kata Purbaya, menegaskan komitmennya terhadap percepatan ekonomi. (*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN