Bahaya Mikroplastik Bagi Paru-paru

Ilustrasi Mikroplastik. (Foto: Freepik/Mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Belakangan ini publik dibuat resah oleh temuan air hujan di Jakarta yang mengandung partikel mikroplastik berbahaya. Partikel-partikel tersebut diyakini berasal dari aktivitas manusia di perkotaan, seperti penggunaan plastik sekali pakai, emisi kendaraan, hingga proses pelapukan sampah plastik di lingkungan.
Fenomena ini menjadi sinyal serius bahwa pencemaran plastik kini tidak hanya menjangkau tanah dan laut, tetapi juga udara yang kita hirup.
Kekhawatiran muncul karena mikroplastik berukuran sangat kecil, bahkan lebih halus dari debu. Sehingga mudah terhirup atau masuk ke tubuh melalui makanan dan air. Paparan jangka panjang terhadap partikel ini berpotensi mengganggu kesehatan, terutama sistem pernapasan dan paru-paru.
Spesialis paru, dr. Agus Susanto, SpP(K), menjelaskan bahwa mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran antara 1 mikrometer hingga 5 milimeter yang terbentuk dari hasil degradasi berbagai jenis plastik. Ia memaparkan, mikroplastik primer biasanya berasal dari produk kosmetik, perawatan tubuh, detergen, dan insektisida.
Adapun mikroplastik sekunder muncul akibat pecahan benda plastik seperti botol minuman, kantong belanja, wadah makanan, serta produk plastik lain yang terurai di lingkungan.
“Mikroplastik dapat terbawa oleh udara dan mengalami pengendapan baik secara kering maupun basah di permukaan bumi. Partikel ini bisa ditemukan di air, menempel pada sayuran, makanan, dan akhirnya masuk ke tubuh manusia melalui proses konsumsi,” ujar dr. Agus, dilansir dari detikcom, Sabtu (25/10/2025).
“Yang berada di udara juga bisa terhirup dan masuk ke saluran pernapasan, kemudian menuju paru-paru,” ujarnya.
Menurut dr. Agus, setelah masuk ke tubuh, mikroplastik dan nanoplastik dapat menyebar ke berbagai jaringan, tergantung ukuran partikelnya. Partikel berukuran lebih dari 5 mikrometer umumnya terperangkap di saluran napas atas, sementara partikel berukuran 1–5 mikrometer dapat mencapai jaringan paru.
Sedangkan partikel yang lebih kecil dari 1 mikrometer mampu menembus hingga alveoli paru melalui proses difusi, dan partikel di bawah 500 nanometer bahkan bisa difagositosis oleh sel makrofag alveolus.
dr. Agus menjelaskan bahwa efek mikroplastik pada paru-paru bervariasi tergantung ukuran partikel yang terhirup. Partikel berukuran lebih besar dari 5 mikrometer biasanya hanya mencapai saluran napas bagian atas dan dapat menyebabkan iritasi ringan pada hidung dan tenggorokan.
Gejalanya meliputi pilek, rasa gatal di hidung, sakit tenggorokan, dan batuk. Sementara itu, partikel dengan ukuran 0,5 hingga 5 mikrometer dapat menembus lebih dalam hingga ke alveoli paru.
Kondisi ini dapat memicu iritasi dan peradangan pada jaringan paru-paru, yang menimbulkan gejala seperti batuk terus-menerus, produksi dahak berlebih, dan sesak napas.
“Pada penderita penyakit paru, seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), paparan ini bisa meningkatkan risiko kekambuhan,” ungkapnya.
Lebih jauh, dr. Agus memperingatkan bahwa paparan mikroplastik dalam jangka panjang dapat memicu berbagai gangguan kesehatan serius.
“Jika mikroplastik terus terhirup ke saluran napas bagian bawah, dalam jangka panjang bisa menyebabkan asma, PPOK, peradangan paru (pneumonitis), fibrosis paru, bahkan kanker paru,” tuturnya. (hm20)
PREVIOUS ARTICLE
Dameria Pangaribuan Dorong Dinkes Sumut Tanggap Tangani ISPA dan Imbau Warga Waspada

























