Friday, October 3, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Kunjungan Wisman di Sumut Meningkat Tapi Hunian Hotel Turun, Ini Kata Pengamat

Jumat, 3 Oktober 2025 14.27
kunjungan_wisman_di_sumut_meningkat_tapi_hunian_hotel_turun_ini_kata_pengamat

Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menilai anjloknya TPK disebabkan faktor domestik, seperti dampak efisiensi anggaran. (Foto: Istimewa/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Sektor perhotelan di Sumatera Utara (Sumut) menghadapi tekanan berat. Meskipun data menunjukkan kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara (Wisman) sekaligus peningkatan durasi menginap mereka, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di Sumut justru menurun signifikan.

Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menyoroti fenomena kontradiktif ini.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat TPK hotel berbintang di Sumut pada Agustus 2025 hanya 41,52 persen. Angka ini turun 7,14 poin dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai 48,66 persen. Penurunan juga terjadi secara bulanan, yaitu turun 1,98 poin dari Juli 2025 yang tercatat 43,50 persen.

Ironisnya, data tersebut bertolak belakang dengan tren Wisman. Jumlah kedatangan mereka meningkat baik secara tahunan (y-o-y) maupun periode tahun berjalan (y-t-d). Durasi menginap Wisman juga naik, dari rata-rata 1,22 hari pada Agustus 2024 menjadi 1,63 hari pada Agustus 2025.

“Fenomena ini menunjukkan penurunan hunian kamar terutama di luar Wisman,” kata Gunawan, Jumat (3/10/2025).

Menurutnya, anjloknya TPK disebabkan faktor domestik, terutama dampak efisiensi anggaran pemerintah yang berimbas pada rendahnya belanja sektor perhotelan. Ditambah dengan melemahnya daya beli masyarakat secara umum, permintaan sewa kamar hotel berbintang maupun non-bintang ikut tertekan.

“Saya menilai efisiensi anggaran pemerintah belakangan ini menjadi salah satu pemicu rendahnya pengeluaran masyarakat di sektor perhotelan,” ujarnya.

Gunawan menambahkan, TPK di bawah 60 persen memicu potensi kinerja keuangan hotel yang terpuruk. Industri perhotelan pun berisiko melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) alih-alih merekrut karyawan baru.

“Ini bukan gambaran yang baik bagi industri perhotelan saat ini,” ucapnya.

Ia mendesak pemerintah segera memperbaiki masalah efisiensi anggaran dan daya beli sebagai solusi utama pemulihan sektor perhotelan.[]

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN