Friday, September 12, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Harga Minyak Stabil di Tengah Ketegangan Geopolitik dan Kekhawatiran Kelebihan Pasokan

journalist-avatar-top
Kamis, 11 September 2025 17.04
harga_minyak_stabil_di_tengah_ketegangan_geopolitik_dan_kekhawatiran_kelebihan_pasokan

Ilustrasi, produksi minyak mentah. (foto:trenasia/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Harga minyak global bertahan stabil pada Kamis (11/9/2025) di tengah kekhawatiran akan melunaknya permintaan dari Amerika Serikat serta risiko kelebihan pasokan yang meningkat.

Sentimen pasar saat ini juga dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan konflik yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Minyak mentah berjangka Brent turun sebesar 21 sen atau 0,3% menjadi $67,28 per barel pada pukul 09.11 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) milik AS melemah 26 sen atau 0,4% menjadi $63,41 per barel.

Kedua kontrak minyak tersebut sebelumnya naik lebih dari $1 pada hari Rabu, setelah laporan serangan Israel terhadap pimpinan Hamas di Qatar dan mobilisasi sistem pertahanan udara Polandia serta NATO untuk menembak jatuh drone Rusia yang memasuki wilayah udara Polandia selama serangan ke Ukraina bagian barat.

Namun, laporan bulanan dari Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan bahwa pasokan minyak global diperkirakan akan tumbuh lebih cepat dari perkiraan.

Hal ini terjadi seiring dengan peningkatan produksi dari anggota OPEC+ serta lonjakan pasokan dari negara-negara non-OPEC. Di sisi lain, permintaan minyak global diproyeksikan hanya tumbuh secara terbatas.

“Pasar terpecah antara kekhawatiran atas kekurangan pasokan akibat meningkatnya ketegangan geopolitik, dan kenyataan bahwa pasokan justru meningkat. Hal ini terlihat dari data mingguan dan bulanan EIA yang menunjukkan cadangan minyak yang membengkak,” ucap Tamas Varga, analis dari PVM Oil Associates, seperti dikutip dari Reuters.

Ketidakpastian juga muncul dari kemungkinan sanksi sekunder terhadap pembeli minyak Rusia seperti China dan India, yang membuat harga tetap memiliki batas bawah. Meski demikian, analis memperkirakan harga akan kembali melemah jika ketegangan geopolitik mereda.

Sementara itu, data dari Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik sebanyak 3,9 juta barel dalam pekan yang berakhir pada 5 September. Angka ini sangat kontras dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan sebesar 1 juta barel.

Dari sisi ekonomi, melambatnya perekonomian AS memicu harapan bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga pada pertemuan pekan depan.

“Pelaku pasar cenderung berhati-hati menjelang rilis data inflasi AS (CPI) pada hari Kamis. Jika inflasi lebih tinggi dari perkiraan, ekspektasi pemangkasan suku bunga yang signifikan bisa terganggu,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG.

Dalam perkembangan lain, OPEC+ pada Minggu lalu memutuskan untuk meningkatkan produksi mulai Oktober. Laporan pasar minyak bulanan OPEC dijadwalkan rilis pada hari Kamis ini dan menjadi fokus perhatian pelaku pasar untuk arah pergerakan harga ke depan. (*)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN