Thursday, September 11, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Harga Cabai dan Bawang Naik Turun Tajam, Ekonom Sumut Ingatkan Risiko Inflasi

journalist-avatar-top
Kamis, 11 September 2025 19.57
harga_cabai_dan_bawang_naik_turun_tajam_ekonom_sumut_ingatkan_risiko_inflasi

Para pengamat menganalisis fluktuasi harga cabai dan bawang akibat masalah produksi dan distribusi. (Foto: Amita/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Fluktuasi harga cabai dan bawang yang terjadi belakangan ini di Sumatera Utara (Sumut) dipicu oleh faktor musiman serta masalah struktural dalam rantai pasok. Kenaikan harga ini berdampak langsung pada daya beli masyarakat dan berpotensi memicu inflasi.

Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Sunarji Harahap, inflasi dapat terjadi karena kondisi ini memaksa masyarakat mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan non-primer.

"Selain inflasi, penurunan daya beli juga dapat memperburuk kondisi ekonomi keluarga dan meningkatkan ketidakpuasan sosial. Sehingga, diperlukan kebijakan ekonomi terpadu untuk menjaga kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi," katanya, Kamis (11/9/2025).

Sunarji menilai intervensi pasar pemerintah, seperti operasi pasar dan subsidi, justru kurang efektif.

"Seringkali hanya bersifat reaktif dan tidak menangani akar masalah seperti ketidakstabilan produksi dan ketergantungan pada musim," ujarnya.

Ia menyarankan strategi jangka panjang berupa peningkatan produksi, efisiensi rantai pasok, regulasi pasar yang ketat, hingga penguatan daya tawar petani. Termasuk integrasi strategi hulu-hilir dengan subsidi pertanian, pengembangan teknologi pascapanen, perbaikan distribusi, hingga kebijakan fiskal yang tepat.

Senada, Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Gunawan Benjamin, menyoroti ekstremnya volatilitas harga cabai merah.

Setelah sempat menembus Rp90.000 hingga Rp100.000 per kilogram (kg) di awal pekan, harga anjlok menjadi Rp46.000, lalu kembali naik ke Rp60.000 per kg hanya dalam beberapa hari.

"Ada gap yang cukup lebar antara satu pedagang dengan pedagang lainnya," kata Gunawan.

Ia menyebut volatilitas ini disebabkan pasokan yang tidak stabil. Harga cabai di Sumut yang lebih tinggi dari wilayah lain, seperti Jawa, membuat pasokan luar daerah tertarik masuk ke Sumut.

"Selama kita masih bergantung pada pasokan dari luar, maka kita berpeluang mengalami fluktuasi harga yang tidak menentu," ucapnya.

Gunawan membandingkan perdagangan cabai saat ini layaknya trading saham, dengan risiko tinggi namun peluang keuntungan besar. Ia menegaskan, fluktuasi harga tidak hanya pada cabai merah, tetapi juga cabai hijau dan rawit.

Jika pemerintah tidak mengambil langkah strategis, masyarakat akan terus menghadapi ketidakpastian harga yang bisa menggerus daya beli mereka secara berkelanjutan. (Amita/hm17)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN