Wednesday, October 15, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Emas Cetak Rekor Lagi, IHSG Menguat di Zona Hijau

Mistar.idRabu, 15 Oktober 2025 11.17
RE
AA
emas_cetak_rekor_lagi_ihsg_menguat_di_zona_hijau

IHSG. (Foto: Viva/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Pasar keuangan Asia pada perdagangan pagi ini, Rabu (15/10/2025), mayoritas ditransaksikan menguat. Sedangkan harga emas global terus cetak rekor baru, di tengah sentimen risk-on ini.

Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa harga emas dunia terus berada di rekor tertinggi, yakni di harga 4.180 Dolar AS per ons troy.

Kenaikan harga emas ini terjadi di tengah tekanan pada mata uang US Dolar seiring memburuknya sentimen di pasar keuangan AS.

"Saat ini harga emas domestik berada di kisaran Rp2,25 juta per gram. Jika mengacu kepada realisasi harga emas di pasar, bisa mencapai Rp2,4 juta lebih per gramnya," kata Gunawan.

Di sisi fundamental global, inflasi di China mengalami perlambatan signifikan pada September. Laju tekanan inflasi konsumen secara bulanan hanya tumbuh 0,1 persen, dan secara tahunan justru terjadi deflasi sebesar 0,3 persen. Inflasi produksi China juga mencatatkan deflasi sebesar 2,3 persen secara tahunan.

Meskipun perlambatan inflasi China ini menimbulkan kekhawatiran adanya tekanan bagi pasar keuangan Asia, kekhawatiran tersebut belum terlihat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sesi pembukaan perdagangan menguat di level 8.107, bertransaksi di zona hijau setelah mengalami tekanan signifikan pada hari sebelumnya.

“IHSG diproyeksikan akan bergerak searah dengan bursa Asia. Namun, potensi koreksi teknikal masih terbuka karena IHSG dinilai sudah overbought atau kemahalan,” ujarnya.

Kinerja mata uang Rupiah ditransaksikan relatif stabil di kisaran Rp16.570 per Dolar AS. Secara fundamental, Rupiah diuntungkan dengan penurunan imbal hasil US Treasury yang sempat turun di bawah 4 persen. Melemahnya imbal hasil ini dipicu oleh ekspektasi buruk investor setelah mencuatnya perang dagang antara AS dengan China.

"Mata uang Rupiah diproyeksikan akan bergerak stabil dalam rentang Rp16.530 hingga Rp16.580, di mana Rupiah masih berpeluang menguat di tengah sentimen buruk terhadap US Dolar," ujarnya.