Kisah Nikita, Siswi ABK Bersinar sebagai Mayoret di Pawai HUT ke-80 RI

Siswa SLB C Santa Lusia melakukan pawai drumband di sekitar sekolah. (foto:dokumentasislbcsantalusia/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Tongkat mayoret itu berputar di tangan Nikita, siswa kelas 8 SLB C Santa Lusia. Dengan semangat, ia memimpin tim drumband sekolahnya dalam pawai memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia (RI). Senyum lebar menghiasi wajahnya, tubuhnya lincah mengikuti irama musik, dan matanya berbinar penuh kebanggaan.
Gadis berusia 18 tahun ini menunjukkan bakat luar biasanya di hadapan masyarakat. Meski merupakan anak berkebutuhan khusus (ABK), keterbatasan tidak menyurutkan langkahnya untuk tampil percaya diri.
Bangga Jadi Mayoret
Ibunda Nikita, Sanni Purba (53), mengaku terharu melihat semangat anak bungsunya. Sejak diumumkan menjadi mayoret, Nikita rajin berlatih di rumah. Bahkan pada pagi hari pawai, ia bangun lebih cepat dari biasanya.
"Tadi pagi dia langsung bilang, 'Ma, ayo! Hari ini pawai loh!' Biasanya masih malas-malas, tapi hari ini semangat sekali," ujar Sanni sembari tertawa, Jumat (15/8/2025).
Nikita diketahui memang memiliki hobi menari sejak kecil. Ia kerap menonton video dari YouTube untuk belajar gerakan tari secara mandiri.
"Feeling-nya memang kuat untuk menari. Saya hanya sedikit mengarahkan, selebihnya dia ikuti instruksi dari gurunya," lanjut Sanni.
Disambut Meriah Masyarakat
Sepanjang rute pawai, antusiasme masyarakat sangat tinggi. Ada yang melambaikan tangan, merekam dengan ponsel, bahkan menyaksikan dari lantai dua rumah atau gedung.
"Anak-anak ini jarang tampil di ruang publik. Momen seperti ini benar-benar langka dan membahagiakan," ucap Sanni.
Anak-anak SLB C Santa Lusia tampil dengan kostum drumband merah putih dan pakaian adat. Mereka memainkan berbagai alat musik seperti bass drum, cymbal, kuarto, dan marching bell, menampilkan performa yang memukau.
Panggung untuk Tumbuh dan Bersinar
Sanni menyebut pawai ini sebagai "panggung kecil untuk anak-anak istimewa". Bagi orang tua, kegiatan seperti ini sangat penting dalam membangun rasa percaya diri dan semangat anak-anak ABK.
"Kami sangat bahagia. Anak-anak luar biasa. Mereka memainkan alat musik dengan penuh semangat. SLB C Santa Lusia is the best!" katanya bangga.
Ia juga mengungkapkan kekagumannya kepada Nikita yang mengikuti seluruh rangkaian kegiatan tanpa lelah atau mengeluh.
"Biasanya kalau dengan saya cepat bosan. Tapi hari ini, dia senyum terus. Semangat luar biasa," ujarnya.
Harapan dan Pesan untuk ABK
Lewat kegiatan ini, Sanni berharap anak-anak SLB C Santa Lusia makin paham makna 17 Agustus, semakin mandiri, dan giat berlatih. Ia juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.
"ABK itu punya kelebihan dan kekurangan. Mereka harus diberi kasih sayang, bukan disingkirkan. Jangan sampai mereka disembunyikan di rumah dan tidak sekolah."
Sebagai orang tua, Sanni percaya bahwa merawat ABK adalah bagian dari panggilan hidup.
"Tuhan memilih kita untuk mendampingi mereka. Kita harus rela berkorban, membimbing, menjaga, selama kita masih diberi kekuatan oleh Tuhan," tuturnya dengan haru. (susan/hm27)