DLH Samosir: Faktor Alam-Endapan Limbah Penyebab 30 Ton Ikan Mati di Danau Toba

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Samosir, Edison Pasaribu. (foto: pangihutan/mistar)
Samosir, MISTAR.ID
Fenomena air keruh yang kembali terjadi di perairan Danau Toba, tepatnya di wilayah Kabupaten Samosir, telah menyebabkan kematian massal ikan mencapai lebih dari 30 ton. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samosir menyebut kejadian ini sebagai akibat dari faktor alam dan naiknya endapan limbah organik dari dasar danau.
Kepala DLH Samosir, Edison Pasaribu, saat dikonfirmasi Rabu (23/7/2025), menyampaikan gejala air keruh mulai terdeteksi sejak pertengahan Juni 2025 dan terus memburuk hingga saat ini.
“Sejak 15 Juni, air di beberapa titik Danau Toba mulai berubah keruh. Kemungkinan besar ini dipicu angin kencang yang mengangkat lumpur serta material organik dari dasar danau,” ujarnya.
Menurut hasil uji laboratorium, kadar oksigen terlarut (DO) di perairan yang terdampak hanya mencapai 3,9 mg/l, jauh di bawah ambang batas minimal 5 mg/l untuk kelangsungan hidup ikan nila.
“Dengan DO serendah itu, ikan mengalami stres berat hingga akhirnya mati. Ini yang menyebabkan lebih dari 30 ton ikan di keramba mati mendadak,” katanya.
Kondisi ini diperparah oleh endapan limbah organik, termasuk sisa pakan ikan yang selama bertahun-tahun mengendap dan kini ikut terangkat ke permukaan bersama lumpur.
Meski air tampak keruh, Edison menyebut berdasarkan uji kualitas air, pH berada di angka 6,71 dan tingkat kekeruhan (turbidity) sebesar 2,8 NTU, yang masih tergolong dalam batas aman untuk air tawar.
“Untuk keperluan rumah tangga, air masih bisa digunakan asalkan dimasak terlebih dahulu. Namun tidak disarankan untuk dikonsumsi langsung karena kandungan biologis belum diuji,” ucapnya.
DLH memastikan seluruh bangkai ikan yang terapung telah dievakuasi dan dikuburkan secara aman agar tidak menimbulkan pencemaran lanjutan di danau.
Edison juga mengingatkan fenomena serupa pernah terjadi sebelumnya dan merupakan bagian dari siklus lima tahunan, terutama saat musim kemarau berkepanjangan.
“Kami imbau petani keramba agar mengantisipasi sejak dini, dengan mengurangi kepadatan tebar ikan, memperbaiki manajemen pakan, dan menjaga kebersihan dasar keramba,” katanya.
DLH Samosir akan meningkatkan monitoring kualitas air dan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang. “Semoga peristiwa ini menjadi pengingat agar kita lebih bijak dalam mengelola lingkungan dan menjaga keberlangsungan ekosistem Danau Toba,” tutur Edison. (pangihutan/hm24)