Monday, July 28, 2025
home_banner_first
SUMUT

Antisipasi Karhutla di Kawasan Geopark Kaldera Toba, Pemerintah Lakukan Operasi Modifikasi Cuaca

journalist-avatar-top
Senin, 28 Juli 2025 16.06
antisipasi_karhutla_di_kawasan_geopark_kaldera_toba_pemerintah_lakukan_operasi_modifikasi_cuaca

Tim Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, BNPB dan TNI AU saat melakukan penyemaian natrium klorida (NaCl) di dalam pesawat sebelum ditebar. (foto: Pangihutan/Mistar)

news_banner

Tapanuli Utara, MISTAR.ID

Mengantisipasi dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang semakin meluas dalam dua bulan terakhir di kawasan Geopark Kaldera Toba, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) mulai lakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) sejak Sabtu (26/7/2025).

Operasi ini dilakukan berdasarkan Keputusan Gubernur Sumut tentang Penetapan Status Siaga Darurat Bencana Karhutla. Kawasan Geopark Kaldera Toba menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan OMC.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Sumut, wilayah ini termasuk yang paling terdampak karhutla. Pelaksanaan OMC juga dinilai sangat mendesak karena puncak musim kemarau diperkirakan berlangsung pada Juli hingga Agustus 2025, sebagaimana disampaikan BMKG.

Situasi menjadi lebih mendesak karena operasi ini dimulai sehari setelah berakhirnya agenda Revalidasi Toba Caldera UNESCO Global Geopark yang berlangsung pada 21-25 Juli 2025.

Agenda tersebut melibatkan tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba, yaitu Toba, Samosir, Simalungun, Karo, Dairi, Humbang Hasundutan, dan Tapanuli Utara.

Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca BMKG, Edison Kurniawan, mengatakan pihaknya bekerja sama dengan Pemprov Sumut, TNI AU, dan Angkasa Pura dalam pelaksanaan OMC.

“Operasi ini kami laksanakan selama enam hari, dari 26 hingga 31 Juli 2025. Fokus utama kami adalah mengendalikan karhutla di kawasan Geopark Kaldera Toba. Kami akan mengoptimalkan potensi awan yang ada untuk mendukung pembasahan lahan oleh tim di lapangan,” ujar Edison, Senin (28/7/2025).

Dalam pelaksanaan OMC, BMKG menggunakan bahan semai berupa natrium klorida (NaCl) atau garam dapur murni untuk menstimulasi turunnya hujan buatan.

BMKG memantau kondisi atmosfer dan mengarahkan penyemaian agar tepat sasaran. Penyemaian dilakukan dengan mengangkut bahan semai menggunakan pesawat menuju awan-awan potensial.

Melalui OMC ini, pemerintah berharap dapat mengurangi jumlah titik panas (hotspot) dan mencegah meluasnya kebakaran yang bisa mengancam status Geopark Kaldera Toba sebagai warisan dunia UNESCO.

"Selain menjaga kelestarian lingkungan, keberhasilan operasi ini juga penting untuk melindungi sektor pariwisata dan mencegah dampak kabut asap terhadap kesehatan masyarakat," tuturnya.

Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan secara sembarangan, terutama pada musim kemarau.

"Dengan adanya OMC, diharapkan upaya pemadaman dan pencegahan karhutla di kawasan Toba bisa lebih maksimal. Pemerintah daerah dan masyarakat diminta mendukung operasi ini agar berjalan lancar dan efektif," ucapnya. (Pangihutan/hm18)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN