Anggaran Terbatas, Irigasi di Aek Natonang Samosir Tak Juga Diperbaiki

Saluran irigasi Aek Natonang di Desa Parbalohan dan Desa Pardomuan rusak. (Foto: Pangihutan/Mistar)
Samosir, MISTAR ID
Petani di Desa Parbalohan dan Desa Pardomuan, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, tidak bisa menanam padi dua tahun terakhir karena rusaknya saluran irigasi Aek Natonang-Lontung.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Parbalohan, Tommy Nainggolan, selain Desa Parbalohan dan Desa Pardomuan, distribusi air dari irigasi yang rusak seharusnya sampai ke Desa Tanjungan melalui sistem pembagian pintu air yang terintegrasi.
"Sudah dua tahun kami tidak bisa menanam padi. Air dari Aek Natonang tidak mengalir karena lining-nya rusak dan tidak diperbaiki. Sawah jadi kering, petani berhenti menanam," kata Tommy, Jumat (19/7/2025).
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) telah melakukan survei ke lokasi hari ini, Sabtu (19/7/2025). Namun, perwakilan Pemprov Sumut mengatakan jika dana perbaikan hanya ada Rp90 juta.
"Tadi mereka datang, tapi setelah kami jelaskan kalau lining sudah ambruk dan air tidak sampai ke sawah. Mereka malah menyarankan agar proyeknya dipindahkan saja ke lokasi lain karena anggaran hanya ada Rp90 juta," ucapnya.
Menurut Tommy, sikap tersebut menunjukkan kurangnya kepedulian terhadap kondisi petani lokal. Kebutuhan infrastruktur bagi kehidupan masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah, bukan memberikan alasan keterbatasan anggaran.
"Kami bukan minta yang muluk-muluk. Ini soal kebutuhan dasar. Air irigasi sawah. Kalau ini dibiarkan, mau hidup dari mana petani?" ujarnya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, kondisi fisik irigasi tampak rusak berat. Dinding-dinding beton yang dulu menyalurkan air sudah roboh di beberapa titik.
Saluran air tertimbun tanah dan rumput liar tumbuh di mana-mana. Di bagian hilir, aliran air benar-benar terputus.
Sejumlah petani bahkan mencoba beralih ke tanaman palawija, seperti singkong dan jagung. Tapi, hasilnya tidak sebanding dengan saat menanam padi. Mereka juga harus mengandalkan tadah hujan dan tidak bisa diandalkan sepanjang tahun.
"Kami coba tanam jagung dan ubi, tapi hasilnya sedikit. Tidak mencukupi buat makan dan kebutuhan sekolah anak," kata seorang petani di Pardomuan, Maraden.
Sementara itu, perangkat desa menyebutkan bahwa usulan perbaikan irigasi sudah disampaikan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di tingkat kecamatan hingga kabupaten. Tapi, tidak pernah direspons secara nyata.
"Setiap tahun kami masukkan ke Musrenbang, tapi tidak pernah lolos. Mungkin karena kami dianggap desa kecil," ujar Perangkat Desa Pardomuan, Tommy.
Kemudian, menurutnya anggaran Rp90 juta sebaiknya digunakan untuk memperbaiki kerusakan secara bertahap, dibandingkan memindahkan proyek ke lokasi lain yang belum tentu lebih membutuhkan.
"Kami heran, kenapa harus pindah lokasi? Bukankah lebih bijak memperbaiki yang sudah ada? Apa harus demonstrasi dulu baru pemerintah mendengar?" ucap Tommy.
Tommy dan warga lainnya berharap Pemkab Samosir maupun Pemprov Sumut segera mengambil langkah konkret memperbaiki irigasi.
"Jangan cuma datang foto-foto lalu hilang. Kami butuh perbaikan nyata, supaya sawah bisa produktif kembali. Ini soal perut rakyat," tuturnya.
Irigasi yang rusak sebelumnya mengairi lebih dari 200 hektare lahan sawah. Kerusakan parah terjadi pada bagian lining atau pelapis beton, sehingga aliran air terputus total.
Saluran irigasi tersebut dibangun pada tahun anggaran 2014, dan sejak saat itu menjadi tumpuan utama para petani dalam mengairi lahan pertanian. (pangihutan/hm20)