Pawai Obor 1 Muharram: Napak Tilas Hijrah dan Kearifan Lokal di Nusantara

Ilustrasi, Pawai Obor 1 Muharram. (f:int/mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Pawai obor pada malam 1 Muharram bukan hanya sekadar perayaan tahun baru Islam, melainkan napak tilas sejarah peradaban dan simbol hijrah spiritual yang telah bertransformasi menjadi bagian dari kearifan budaya lokal di Nusantara.
Sejarah Kalender Hijriah: Awal dari Sebuah Transformasi
Tradisi penanggalan Hijriah bermula dari masa Khalifah Umar bin Khattab (634–644 M), ketika ia menerima surat dari Gubernur Basrah, Abu Musa al-Asy'ari, yang mengeluhkan tidak adanya sistem penanggalan resmi:
“Dokumen-dokumen datang kepada kami tanpa tanggal...”
Dalam musyawarah bersama para sahabat, Ali bin Abi Thalib mengusulkan momen hijrah Nabi Muhammad SAW sebagai tahun pertama, sedangkan Utsman bin Affan mengusulkan bulan Muharram sebagai permulaan tahun. Akhirnya, disepakati 1 Muharram 622 M sebagai awal kalender Islam.
Filosofi Obor: Simbol Cahaya dalam Gelap
Obor dalam pawai 1 Muharram bukan hanya penerangan malam hari, melainkan penuh makna spiritual:
- Api : memiliki makna spiritualitas Ilmu dan hidayah Allah sebagaimana tercatat dalam Al-Qur’an Surah An-Nur: 35.
- Asap : Doa yang menggapai langit, hal ini sesuai dengan tradisi masyarakat Aceh.
- Bambu : Keteguhan iman, hal ini merujuk sesuai Kajian Nahdlatul Ulama Purwakarta.
- Rebana : Syiar kebahagiaan, dengan sumber rujukan Dialektika Islam Nusantara.
Menurut Suprapto (2020) dalam Dialektika Islam dan Budaya Nusantara,
“Obor adalah metafora hijrah batin – dari kegelapan maksiat menuju cahaya ilahi.”
Ragam Tradisi di Nusantara: Antara Spiritualitas dan Budaya
1. Tabuik Pariaman – Duka Menjadi Sukacita
Masyarakat Pariaman, Sumatera Barat, mengarak Tabuik (miniatur menara jenazah Husein bin Ali) setinggi 12 meter menuju laut. Tradisi ini merefleksikan kematian sebagai awal kehidupan spiritual baru.
2. Malam 1 Sura – Mistisisme Jawa dalam Bingkai Islam
Di Yogyakarta dan Solo, pawai obor dikemas dalam ritual adat seperti:
- Tirakatan: Zikir dan pembacaan hikmah hijrah
- Kirab Pusaka: Pawai obor raksasa diikuti ribuan warga
- Larungan: Pelepasan sesaji ke laut sebagai simbol pelepasan sial
3. Bubur Asyura Aceh – Simfoni Rasa Persaudaraan
Warga Aceh memasak bubur dari 12 jenis biji-bijian yang melambangkan 12 bulan Hijriah.
Filosofi Prof. Ali Hasjmy: “Bubur Asyura adalah metafora ukhuwah – berbeda bahan tapi menyatu dalam satu periuk.”
Nilai Sosial: Pemersatu Lintas Generasi
Pawai obor terbukti menjadi ruang kolaborasi lintas usia:
- Anak-anak: Memperkuat identitas keislaman sejak dini
- Remaja: Menyalurkan kreativitas dalam seni rebana dan kaligrafi
- Orang Tua: Sarana mewariskan nilai-nilai hijrah
Sebuah studi di Purwakarta (2023) menunjukkan, 89% warga merasa pawai obor meningkatkan solidaritas antarwarga.
“Kami yang jarang bertemu, akhirnya bersatu dalam barisan obor,” ujar Dadan, warga Purwakarta.
Pawai Obor Modern: Dari Ritual ke Festival Budaya
Perkembangan teknologi memperkaya ekspresi pawai:
- Obor Elektrik: Ramah lingkungan, menggunakan lampu LED
- Augmented Reality: Menyajikan kisah hijrah Nabi lewat aplikasi ponsel
- Festival Obor Internasional: Digelar di Yogyakarta (2024) dengan partisipasi dari 5 negara ASEAN
Namun, KH Ahmad Syakur Yasin (PBNU) mengingatkan: “Teknologi jangan mengikis makna sakral obor sebagai simbol perjuangan.”
Metafora Hijrah Kontemporer
“Membawa obor di Muharram bukan sekadar ritual, tapi komitmen menjadi pelita di tengah gelapnya korupsi, intoleransi, dan kesenjangan.”
– Dr. Faizah Ali, Pakar Budaya Islam UIN Jakarta
Obor yang Tak Pernah Padam
Dari musyawarah Khalifah Umar bin Khattab hingga kilauan pawai obor di jalanan Nusantara, 1 Muharram terus menjadi momen transformasi spiritual dan sosial.
Di balik cahaya obor, terselip harapan bersama: semoga tahun baru Hijriah membawa semangat hijrah — dari kegelapan menuju cahaya, dari keterpecahan menuju ukhuwah, dan dari stagnasi menuju kemajuan.
"Hijrah tidak hanya berpindah tempat, tetapi berpindah jiwa menuju kebaikan."
Artikel ini dikurasi dari berbagai sumber terpercaya dan dirangkum dengan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI). (*)
PREVIOUS ARTICLE
Medical Tourism Sebabkan Rp150 Triliun Devisa Kabur