Sunday, August 3, 2025
home_banner_first
MEDAN

IDAI Sumut: Masalah Anak Masih Kompleks dan Butuh Penanganan Serius

journalist-avatar-top
Jumat, 1 Agustus 2025 15.48
idai_sumut_masalah_anak_masih_kompleks_dan_butuh_penanganan_serius

Terlihat anak-anak yang berjuang di jalanan dengan berjualan untuk hidupnya. (Foto: Adil/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Masalah yang masih dihadapi anak-anak di Sumatera Utara dinilai bersifat kompleks. Ketua IDAI Sumut, dr Rizky Adriansyah, menyebut faktor penyebabnya bersifat multifaktorial dan saling berkaitan, mulai dari gizi hingga kesehatan mental.

"Permasalahannya berakar dari faktor ekonomi, pendidikan keluarga, kurangnya edukasi maupun literasi kesehatan, faktor sosial budaya, lingkungan, implementasi kebijakan yang belum optimal dan distribusi digital," ujarnya kepada Mistar, Jumat (1/8/2025).

Lebih lanjut, Rizky mengatakan jika kemiskinan sering kali menjadi akar dari masalah gizi buruk dan terbatasnya akses menuju layanan kesehatan yang ada.

"Tingkat pendidikan orang tua yang rendah juga, berpengaruh pada pemahaman tentang pola asuh, gizi, dan pentingnya kesehatan mental bagi anak," tuturnya.

Alumni Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sumatera Utara itu turut mengatakan, banyak keluarga dan bahkan remaja yang belum memiliki pemahaman yang cukup tentang beberapa hal.

"Kurang pemahaman tentang gizi seimbang, kesehatan reproduksi, tanda-tanda kekerasan, pentingnya mencari bantuan psikologis dan informasi yang benar sering kali kalah cepat dengan hoaks," ucapnya.

Menurutnya masih adanya tabu dalam membicarakan kesehatan seksual dan mental di lingkungan keluarga, membuat remaja tidak punya tempat bertanya yang aman. Selain itu, lingkungan sosial yang permisif terhadap kekerasan atau kurangnya pengawasan dapat meningkatkan risiko pada anak.

Alumni FK Universitas Indonesia itu juga mengatakan program yang dirancang di tingkat pusat atau provinsi sering kali tidak terimplementasi dengan baik di tingkat kabupaten/kota hingga desa. Kurangnya monitoring, evaluasi, dan sumber daya menjadi kendala utama di lapangan.

"Terkait disrupai digital, teknologi membuka akses informasi tapi, anak dan remaja sangat rentan terhadap risiko online seperti perundungan siber (cyberbullying), eksploitasi seksual online, dan paparan konten negatif yang dapat memicu masalah kesehatan mental," katanya. (berry/hm25)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN