Saturday, August 2, 2025
home_banner_first
KESEHATAN

IDAI Ungkap Lima Masalah Serius Anak dan Remaja di Sumut

journalist-avatar-top
Jumat, 1 Agustus 2025 14.03
idai_ungkap_lima_masalah_serius_anak_dan_remaja_di_sumut

Anak-anak yang gantungkan hidupnya di jalanan. (Foto: Adil/Mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Sumatera Utara (Sumut) mengungkap lima masalah serius yang masih dihadapi anak dan remaja di wilayah tersebut. Masalah itu meliputi gizi buruk dan stunting, layanan kesehatan ibu dan bayi, kekerasan terhadap anak, kesehatan remaja, serta gangguan kesehatan mental.

Ketua IDAI Sumut, dr Rizky Adriansyah, M.Ked (Ped), Sp.A (K), mengatakan bahwa tantangan tersebut saling berkaitan dan memerlukan penanganan lintas sektor secara terpadu.

“Masih dalam momen Hari Anak Nasional 2025, kami melihat anak-anak di Sumut menghadapi tantangan multidimensi yang saling terkait,” ujarnya kepada Mistar, Jumat (1/8/2025).

Masalah pertama, menurut Rizky, adalah gizi kronis dan akut. Angka stunting yang masih tinggi menjadi indikator utama, karena berdampak pada perkembangan fisik dan kognitif anak. Di saat yang sama, beban gizi ganda mulai muncul, yakni munculnya kasus obesitas di tengah masalah kekurangan gizi.

Kedua, ia menyoroti belum optimalnya layanan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini terlihat dari angka kematian ibu (AKI) dan bayi (AKB) yang belum menunjukkan penurunan signifikan. “Ini menunjukkan tantangan dalam akses dan kualitas pelayanan, mulai dari pemeriksaan kehamilan hingga perawatan neonatal,” katanya.

Ketiga, Rizky mengungkap kekerasan terhadap anak masih marak terjadi. Ia menyebut banyak anak menjadi korban kekerasan fisik, psikis, maupun seksual di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman seperti rumah, sekolah, dan masyarakat.

Keempat, kesehatan remaja dinilai kurang mendapat perhatian. Remaja, khususnya perempuan, rentan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, dan kekerasan seksual.

Masalah kelima yang menjadi sorotan adalah kesehatan mental remaja. Rizky menyebut depresi, kecemasan, hingga risiko bunuh diri sebagai “pandemi senyap” yang belum banyak ditangani secara serius.

Ia menambahkan, seluruh tantangan tersebut saling berkaitan. “Contohnya, remaja yang mengalami kehamilan tidak diinginkan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang kemudian bisa berkembang menjadi stunting,” ujarnya. (berry/hm25)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN