Monday, August 18, 2025
home_banner_first
MEDAN

Dari Keresahan Budaya Jadi Bisnis Cerutu, Kisah Pemuda Melayu Menghidupkan Tembakau Deli

journalist-avatar-top
Senin, 18 Agustus 2025 12.08
dari_keresahan_budaya_jadi_bisnis_cerutu_kisah_pemuda_melayu_menghidupkan_tembakau_deli

OK Derry Ananda saat menunjukkan satu produknya Royal Cigar. (foto: Susan/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Di usianya yang baru 25 tahun, OK Derry Ananda memilih jalan yang sedikit berbeda dari anak muda kebanyakan. Bukan menjadi pegawai kantoran atau pekerja startup digital, ia justru menekuni dunia tembakau, meracik cerutu dengan merk Royal Cigar yang kini mulai dikenal sebagai salah satu produk khas Kota Medan.

“Awalnya aku riset sejak 2018, waktu mondok di Magetan. Saat liburan ke Jember, aku lihat bangsal-bangsal tembakau dan teringat cerita bahwa Medan dulu pernah jaya dengan Tembakau Deli. Bahkan Istana Maimun pun ada logo bunga tembakau,” katanya kepada Mistar, Senin (18/8/2025).

Tembakau Deli yang terkenal pada masanya, membuat Derry semakin penasaran, mengapa souvenir khas ini tak begitu mencuat di tengah ramainya wisatawan yang datang ke Kota Medan.

“Wisatawan banyak hanya diceritakan tentang Tembakau Deli. Tapi nggak ada oleh-olehnya. Selama ini, perkebunan tembakaunya jual bahan mentah ke Eropa. Dan tidak mungkin wisatawan datangnya selalu bawa bahan mentahnya saja dari sini kan? Kalau bisa sudah jadi produk,” tuturnya penuh antusias.

Dari keresahan itu, ia melihat peluang bisnis dan mulai serius mendalami dunia cerutu. Tahun 2020 ia banyak belajar dari komunitas budayawan dan sejarawan, lalu pada 2022 akhir ia membeli bahan tembakau dari daerah Hamparan Perak. Namun baru-baru ini, ia beralih ke produsen tembakau di Jember.

“Aku putuskan untuk bikin brand sendiri. Aku belajar lagi ke Jember, bahkan ikut langsung ke kebun, ke pabrik besar, sampai diajari teknik menggulung cerutu. Sampai akhirnya aku juga masuk komunitas tembakau,” katanya.

Nama Royal Cigar ia pilih bukan sekadar kebetulan. Ada alasan historis yang kuat. Bagi Derry, ia sudah menjadi bagian dari keluarga Melayu Deli, yang tentu memiliki kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan adat budaya.

“Aku merasa legacy orang Melayu Deli bukan sekadar tanah ulayat, tapi hasil bumi, itulah tembakau dan lainnya. Itu warisan kebanggaan yang harus dilestarikan,” ujarnya.

Proses pembuatan cerutu, menurutnya, tak sederhana. Daun tembakau dipanen setelah enam bulan, lalu dikeringkan dalam bangsal selama tiga bulan. Setelah itu ditumpuk dan didiamkan atau sering dikenal dengan proses fermentasi bertahun-tahun, seperti halnya wine.

“Sampai dia nanti menjadi tembakau yang punya rasa. Makin lama didiamkan, makin oke. Like a wine,” ucapnya.

Satu batang cerutu berisi sekitar lima hingga enam helai daun tembakau kering yang digulung dengan rapi. Dalam satu bulan, ia mampu memproduksi ratusan batang cerutu, dibantu pengrajinnya yang dari luar Kota Medan. Ia menjual produknya dengan kisaran harga mulai dari Rp30 ribu hingga Rp200 ribu per batangnya.

Kini, Derry tak sekadar menjual cerutu, tetapi juga membuka workshop. Di ruang kecilnya, ia memperlihatkan cara menggulung cerutu kepada pengunjung maupun pemuda yang ingin belajar, sambil bercerita tentang sejarah tembakau Deli. Ia ingin semakin banyak pemuda yang tau dan paham tentang Tembakau Deli.

“Bagi saya, ini bukan sekadar jual beli tapi juga soal rasa, friendship dan relasi. Karena juga cigar adalah hobi yang mahal. Yang nikmatin juga orang-orang eksklusif dengan harga di atas. Aku bisa dapat peluang yang lain dari bisnis ini,” tuturnya

Produk Royal Cigar sudah mendapat perhatian sejumlah tokoh, termasuk Wali Kota Medan dan Gubernur Sumut. Bahkan ia sudah mulai menjajaki ekspansi ke Malaysia. Untuk ekspansi ke Eropa, ia mengaku masih belum kepikiran. Apalagi, ia masih harus mengurus legalitas agar tidak ada hambatan.

Derry mengaku dirinya masih terus belajar menjadi master roller. Ia juga berharap Royal Cigar tak hanya jadi oleh-oleh khas Istana Maimun, tetapi juga ikon Kota Medan, bahkan nasional. “Kalau orang datang ke Medan, oleh-olehnya bukan cuma kue atau bolu lagi, tapi cerutu juga. Itu harapanku,” ujarnya.

Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Derry merasa terpanggil untuk membangkitkan kembali kebanggaan masyarakat Melayu. Ia juga berharap para pemuda Kota Medan semakin mengenal budaya cerutu.

“Cerutu ini adalah sebagai media untuk refleksi, relaksasi untuk merayakan momen dan perayaan hari spesial. Jadi ketika ada pencapaian, achievement, bakarlah cigar itu sebagai wujud untuk apresiasi. Self reward. Karena inilah dulu yang dinikmati oleh pendahulu-pendahulu kita, bahkan Soekarno dan Soeharto,” katanya. (Susan/hm18)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN