Meski Bisa Sembuh Sendiri, Keterlambatan Diagnosis Leptospirosis dapat Berujung Kematian


dr M Allif Maulana Syafrin Lubis, M.Ked (PD), Sp.PD. (foto: istimewa)
Medan, MISTAR.ID
Penyakit leptospirosis akibat infeksi bakteri leptospira dari urine tikus memang bisa sembuh tanpa pengobatan pada sebagian orang. Namun, keterlambatan diagnosis dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.
Hal ini disampaikan dr M Allif Maulana Syafrin Lubis, M.Ked (PD), Sp.PD, anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Binjai dan dokter spesialis penyakit dalam di RSU Alfuadi Medan.
“Beberapa orang bisa sembuh sendiri, namun tetap harus diwaspadai karena leptospirosis bisa menyebabkan kegagalan organ hingga kematian,” ujar dr Allif, Rabu (27/8/2025).
Menurutnya, gejala awal leptospirosis cenderung tidak spesifik dan bisa ringan atau bahkan tanpa gejala. Hal inilah yang membuat diagnosis sering terlambat.
Pada kasus yang berat, infeksi ini dapat menyerang berbagai organ penting seperti selaput otak, hati, paru, mata, dan ginjal, yang berpotensi memicu kegagalan organ multipel.
“Jika menyerang selaput otak, gejalanya bisa berupa nyeri kepala hebat yang tidak hilang dengan obat, penurunan kesadaran hingga gangguan mental,” kata Allif.
Gangguan pada mata dapat berupa peradangan seperti uveitis, iridosiklitis, atau korioretinitis, bahkan dapat menyebabkan perdarahan subkonjungtiva (pembuluh darah pecah di mata).
Leptospirosis juga bisa menyebabkan komplikasi paru-paru, seperti sesak napas hingga gagal napas. Jika mengenai hati, pasien bisa mengalami kulit dan mata kuning (ikterik), pembesaran hati, bahkan gagal fungsi hati—yang menurut Allif menjadi salah satu penanda utama kematian akibat leptospirosis. (berry/hm24)