Monday, October 13, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Presiden Madagaskar Kabur Usai Tentara Membelot: Gelombang Protes Gen Z Guncang Afrika

Mistar.idSenin, 13 Oktober 2025 21.34
RF
presiden_madagaskar_kabur_usai_tentara_membelot_gelombang_protes_gen_z_guncang_afrika

Para pengunjuk rasa berkumpul di luar balai kota di Independence Avenue selama protes yang dipimpin pemuda nasional atas pemadaman listrik yang sering terjadi dan kekurangan air, di Antananarivo, Madagaskar, 13 Oktober 2025. (foto:reuters/siphiwesibeko/mistar)

news_banner

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Presiden Madagaskar, Andry Rajoelina, dilaporkan melarikan diri dari negaranya pada Minggu (12/10/2025) setelah sebagian pasukan militer membelot dan bergabung dengan gelombang demonstrasi besar-besaran yang dipimpin kaum muda Gen Z.

Kabar ini disampaikan oleh Situs Randrianasoloniaiko, pemimpin oposisi di parlemen, yang mengatakan bahwa pihaknya telah menghubungi staf kepresidenan dan mendapat konfirmasi bahwa Rajoelina telah meninggalkan negara tersebut.

“Kami memanggil staf kepresidenan dan mereka mengonfirmasi bahwa dia sudah pergi. Saat ini, keberadaannya tidak diketahui,” ujarnya kepada Reuters. Demikian dikutip, Senin (13/10/2025).

Kantor kepresidenan sebelumnya menjadwalkan pidato Rajoelina pada Senin malam waktu setempat, namun hingga kini tidak memberikan tanggapan resmi terkait kabar pelarian itu.

Terbang dengan Pesawat Militer Prancis

Sumber militer yang dikutip Reuters menyebutkan bahwa Rajoelina meninggalkan Madagaskar menggunakan pesawat militer Prancis. Radio Prancis RFI melaporkan bahwa keberangkatannya merupakan bagian dari kesepakatan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

“Pesawat Casa milik Angkatan Darat Prancis mendarat di Bandara Sainte Marie pada Minggu. Tak lama kemudian, helikopter datang dan menjemput Rajoelina,” ungkap sumber militer itu.

Protes Meluas Akibat Krisis Ekonomi dan Korupsi

Gelombang protes di Madagaskar meletus sejak 25 September 2025, dipicu oleh kekurangan air dan listrik. Namun situasi cepat berubah menjadi pemberontakan nasional yang menuntut diakhirinya korupsi, pemerintahan buruk, dan ketimpangan ekonomi.

Kemarahan publik di Madagaskar mencerminkan tren protes serupa di sejumlah negara lain seperti Nepal—di mana perdana menteri baru saja mundur bulan lalu—dan Maroko, yang juga diguncang demonstrasi anak muda.

Militer Berbalik Arah

Rajoelina kehilangan pijakan politiknya setelah unit elit CAPSAT, yang dulu membantunya merebut kekuasaan lewat kudeta 2009, memutuskan bergabung dengan massa.

CAPSAT bahkan menolak menembaki pengunjuk rasa dan mengawal ribuan demonstran menuju alun-alun utama ibu kota Antananarivo.

Setelah itu, unit tersebut mengumumkan pengambilalihan militer dan menunjuk panglima baru. Tak lama kemudian, faksi gendarmerie paramiliter juga menyatakan dukungan terhadap protes, bahkan mengambil alih kendali lembaga mereka secara resmi.

Kekuasaan Sementara dan Korban Jiwa

Dalam perkembangan terbaru, Presiden Senat—yang menjadi sasaran kemarahan publik—dibebastugaskan dari jabatannya. Senat menunjuk Jean André Ndremanjary sebagai pengganti sementara hingga pemilihan umum digelar.

Menurut data PBB, sedikitnya 22 orang tewas dalam bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan sejak awal kerusuhan.

Gen Z Jadi Motor Gerakan

Ribuan warga terus memadati alun-alun ibu kota, meneriakkan “Presiden harus berhenti sekarang!” Salah satu pengunjuk rasa muda, Adrianarivony Fanomegantsoa (22), mengatakan bahwa gaji bulanan sebesar 300.000 ariary (sekitar Rp1,2 juta) tidak cukup untuk makan sehari-hari.

“Selama 16 tahun presiden dan pemerintah hanya memperkaya diri, sementara rakyat makin miskin. Kami, generasi muda, paling menderita,” katanya.

Krisis Ekonomi Menahun

Madagaskar, dengan populasi sekitar 30 juta jiwa dan usia rata-rata di bawah 20 tahun, menghadapi krisis ekonomi kronis. Tiga perempat penduduk hidup dalam kemiskinan, sementara PDB per kapita turun 45% sejak kemerdekaan tahun 1960, menurut Bank Dunia.

Meski dikenal sebagai produsen vanili terbesar di dunia, negara pulau ini juga bergantung pada ekspor nikel, kobalt, tekstil, dan udang sebagai sumber utama devisa dan lapangan kerja.

Kesimpulan: Pelarian Presiden Rajoelina menjadi simbol runtuhnya kekuasaan yang bertumpu pada elite lama di tengah kebangkitan politik generasi muda Afrika. Krisis di Madagaskar kini menjadi cermin gelombang global Gen Z yang menuntut keadilan sosial dan pemerintahan bersih. (*/hm27)

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN