Hujan Mikroplastik, Fenomena Baru dan Ancaman Nyata bagi Kota di Indonesia

Profesor Riset BRIN Muhammad Reza Cordova dalam paparannya di Balai Kota DKI Jakarta. (foto: kompas/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Hujan yang selama ini identik dengan kesegaran dan kebersihan kini membawa kabar berbeda. Dari langit Jakarta, turun partikel-partikel halus yang bukan sekadar debu atau polutan udara biasa, melainkan serpihan plastik berukuran mikro atau yang disebut mikroplastik.
Fenomena ini terdeteksi bukan hanya di Ibu Kota, tetapi juga di 18 kota besar lain di Indonesia yang mewakili enam pulau utama Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Temuan ini diungkapkan oleh Profesor Riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Muhammad Reza Cordova, dalam paparannya di Balai Kota, Jumat (18/10/2025).
“Semakin banyak penduduknya, semakin tinggi aktivitasnya, semakin tinggi pula mikroplastik yang ditemukan. Baik di udara maupun di air, termasuk pada biota,” ujar Reza.
Fenomena hujan mengandung mikroplastik merupakan penemuan baru di Indonesia, dan menjadi alarm penting bagi kota-kota besar yang memiliki tingkat konsumsi plastik tinggi.
BRIN mulai meneliti fenomena ini sejak 2015, namun hasil paling mencolok muncul pada riset yang dilakukan selama 12 bulan pada 2022 di wilayah Jakarta.
Baca Juga: Fenomena Bola Api di Langit Cirebon Gegerkan Warga! BRIN Ungkap Fakta Meteor Jatuh di Indonesia
Tim mengambil sampel air hujan menggunakan rain gauge alat penangkap hujan untuk mengetahui berapa banyak partikel plastik yang terbawa air dari langit.
“Hasilnya, mikroplastik terdeteksi turun bersama air hujan, dengan jumlah rata-rata antara 3 hingga 40 partikel per meter persegi per hari,” kata Reza.
Air hujan yang tadinya dianggap murni, ternyata dapat menjadi media pembawa mikroplastik. Dalam hitungan detik, partikel-partikel plastik di udara bisa ikut larut dan jatuh bersama tetesan air.
“Air hujan itu kami sebut sudah ‘terkontaminasi’, karena bercampur dengan mikroplastik,” ucap dia.
Sumber mikroplastik di udara beragam mulai dari pakaian sintetis seperti polyester dan nylon, roda kendaraan, hingga plastik sekali pakai yang masih banyak digunakan masyarakat.
Aktivitas membakar sampah juga menjadi penyumbang utama, terutama di wilayah dengan pengelolaan sampah rendah seperti Bogor, Depok, dan Bekasi.
























