WHO: Suhu Panas Ekstrem Picu Perubahan Iklim Bikin Pekerja Stres

Ilustrasi cuaca ekstrem. (foto: internet/mistar)
Jenewa, MISTAR.ID
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) melaporkan suhu panas esktrem akibat perubahan iklim memicu peningkatan stres para pekerja. Seiring dengan terjadinya gelombang panas, makin banyak pekerja khususnya di sektor pertanian, konstruksi, dan perikanan merasakan dampak kesehatan dari kenaikan suhu.
Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Promosi Kesehatan Pencegahan Penyakit, Jeremy Farrar, mengatakan peningkatan gelombang panas juga berdampak pada anak-anak, lansia, dan masyarakat berpenghasilan rendah di negara berkembang.
“Tekanan panas telah membahayakan kesehatan dan mata pencaharian miliaran pekerja, terutama di komunitas yang paling rentan,” kata Farrar dalam keterangannya seperti dikutip, Sabtu (23/8/2025).
WMO mencatat, 2024 menjadi tahun terpanas yang pernah ada. Suhu siang hari di atas 40 derajat celsius bahkan di atas 50 derajat makin sering terjadi. Pihaknya menilai, kondisi tersebut menegaskan perlunya mitigasi dampak tekanan panas terhadap pekerja di seluruh dunia.
"Tekanan panas akibat kerja telah menjadi tantangan sosial global, yang tidak lagi terbatas pada negara-negara yang terletak dekat khatulistiwa seperti yang disorot oleh gelombang panas baru-baru ini di Eropa," ujar Wakil Sekretaris Jenderal WMO, Ko Barrett.
Menurutnya, perlindungan pekerja dari panas ekstrem bukan hanya keharusan kesehatan, tetapi juga kebutuhan ekonomi. Dalam laporan berjudul Perubahan Iklim dan Tekanan Panas di Tempat Kerja, peneliti menemukan produktivitas pekerja turun 2–3 persen untuk setiap suhu di atas 20 derajat celsius.
Risiko kesehatannya mencakup dehidrasi, disfungsi ginjal, dan gangguan neurologis. WHO dan WMO lantas menyusun panduan serta teknis terkait perlindungan jiwa, mengurangi ketimpangan, dan membentuk pekerja yang lebih tangguh.
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyatakan, lebih dari 2,4 miliar pekerja terpapar panas berlebih secara global. Akibatnya, lebih dari 22,85 juta orang mengalami cedera setiap tahun.
"Bersama WHO dan WMO, kami menyerukan tindakan segera dan terkoordinasi untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan martabat lebih dari 2,4 miliar pekerja yang terpapar panas berlebih di seluruh dunia," ucap Kepala Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Kerja ILO, Joaquim Pintado Nunes.
Rekomendasi WHO
WHO dan WMO mengusulkan penerapan rencana mengatasi suhu panas di tempat kerja berdasarkan industri dan wilayah. Kedua, mengembangkan kebijakan kesehatan di tempat kerja.
Selain itu, memberi perhatian khusus kepada pekerja paruh baya dan lebih tua, individu dengan kondisi kesehatan kronis, dan mereka yang tidak bugar karena lebih rentan terhadap dampak stres akibat cuaca panas.
Selain itu, meningkatkan kesadaran profesional kesehatan, pengusaha, dan pekerja untuk mengenali serra menangani gejala stres akibat panas dengan tepat. (*/hm18)