Hari Kedua Perang Thailand-Kamboja: 138.000 Warga Mengungsi, Serangan Udara Dikerahkan

Perang Kamboja dan Thailand terus berlanjut dan kian membara di hari kedua, Jumat (25/7). Militer kedua negara saling serang menggunakan artileri berat untuk melancarkan serangan di perbatasan. (Foto: CNN/Mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Konflik bersenjata antara Thailand dan Kamboja memasuki hari kedua, Jumat (25/7/2025) dengan eskalasi tajam. Serangan artileri dan udara terus berlanjut di sepanjang perbatasan kedua negara. Setidaknya 138.000 warga Thailand telah mengungsi, menjadikan ini salah satu krisis kemanusiaan terbesar di Asia Tenggara dalam satu dekade terakhir.
Pertempuran Meningkat di 12 Titik Perbatasan
Setelah pecahnya bentrokan bersenjata pada 24 Juli, militer Thailand dan Kamboja terlibat baku tembak intensif di 12 lokasi strategis, termasuk wilayah dekat Candi Preah Vihear dan Ta Muen Thom. Thailand meluncurkan serangan udara menggunakan jet F-16, sementara Kamboja menanggapi dengan tembakan roket BM-21 Grad dan artileri berat.
“Situasi ini bisa berkembang menjadi perang penuh jika tidak dihentikan segera,” ujar Perdana Menteri sementara Thailand dalam konferensi pers darurat.
Korban Sipil & Gelombang Pengungsian
Laporan sementara menyebutkan:
15 orang tewas di Thailand, terdiri dari 14 warga sipil dan 1 tentara.
Di Kamboja, 1 warga sipil dilaporkan meninggal, dan puluhan luka-luka.
Lebih dari 138.000 warga Thailand dari 4 provinsi perbatasan telah dievakuasi.
Di pihak Kamboja, sekitar 4.000 warga di provinsi Oddar Meanchey juga mengungsi.
Baca Juga: Thailand dan Kamboja Terlibat Konflik Bersenjata: Serangan Udara hingga Roket Tewaskan Warga Sipil
Ketegangan Diplomatik dan Respons Internasional
Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh, dan Kamboja menurunkan hubungan diplomatik ke tingkat terendah.
Dewan Keamanan PBB dijadwalkan menggelar sidang darurat atas permintaan Kamboja.
ASEAN, melalui Ketua Malaysia, menyerukan gencatan senjata segera dan menawarkan jalur diplomasi damai.
Potensi Dampak Regional
Konflik ini diprediksi dapat mengganggu stabilitas kawasan Asia Tenggara serta rantai pasok lintas batas. Ekspor-impor, jalur logistik darat, dan wisata lintas negara ikut terdampak akibat penutupan semua pos perbatasan oleh Thailand. (*)