Konflik Thailand–Kamboja Memanas, 14 Tewas dan 100.000 Warga Mengungsi

Warga Thailand berusaha menyelamatkan diri dari serangan militer Kamboja (Foto: Istimewa/Mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja memuncak pada 24–25 Juli 2025, setelah pecah bentrokan bersenjata di kawasan perbatasan sengketa. Setidaknya 14 orang dilaporkan tewas, termasuk 13 warga sipil dan satu tentara Thailand. Lebih dari 100.000 warga dari empat provinsi perbatasan Thailand terpaksa mengungsi akibat serangan artileri, roket, dan serangan udara jet tempur F-16.
Kronologi Bentrokan
Konflik dipicu oleh ketegangan di sekitar candi Ta Muen Thom, wilayah yang telah lama menjadi sengketa. Kedua negara saling menuduh melakukan provokasi, mulai dari penggunaan drone hingga infiltrasi militer.
Thailand merespons dengan serangan udara yang menargetkan instalasi militer Kamboja. Di sisi lain, serangan roket BM-21 Grad Kamboja menghantam stasiun bensin di Provinsi Sisaket, menewaskan seorang anak berusia delapan tahun.
Baca Juga: Thailand dan Kamboja Terlibat Konflik Bersenjata: Serangan Udara hingga Roket Tewaskan Warga Sipil
Dampak Kemanusiaan dan Politik
Korban luka mencapai 46 orang, terdiri dari warga sipil dan tentara. Ribuan warga Kamboja juga dilaporkan mengungsi ke tempat aman. Ketegangan meningkat setelah Thailand menarik duta besarnya dari Phnom Penh dan mengusir duta besar Kamboja. Beberapa pos lintas batas ditutup total.
Kamboja meminta Dewan Keamanan PBB menggelar sidang darurat dan menuding Thailand melakukan agresi militer. China dan Malaysia menyerukan agar kedua negara menahan diri. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyerukan penyelesaian damai melalui jalur diplomatik.
Akar Sengketa Lama
Perselisihan wilayah ini telah berlangsung lebih dari satu abad, berakar dari perbedaan tafsir atas peta kolonial Prancis tahun 1907. Meski Mahkamah Internasional menyatakan wilayah sengketa sah milik Kamboja, Thailand menolak hasil tersebut. (*)
BERITA TERPOPULER









