Sunday, August 24, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

240 Jurnalis Gugur di Gaza, Konflik Paling Mematikan dalam Sejarah Pers

journalist-avatar-top
Minggu, 24 Agustus 2025 14.32
240_jurnalis_gugur_di_gaza_konflik_paling_mematikan_dalam_sejarah_pers

Jurnalis Palestina berjalan dalam prosesi pemakaman rekan mereka, Hassan Aslih, yang tewas saat fajar dalam serangan Israel yang menghantam gedung operasi di rumah sakit Nasser di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, Palestina, Selasa (13/5/2025). (Foto: AFP/Eyad Baba)

news_banner

Kairo, MISTAR.ID

Jumlah jurnalis yang tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 meningkat menjadi 240 orang, menurut otoritas Palestina, Sabtu (23/8/2025). Korban terbaru adalah Khaled Mohammed Al-Madhoun, juru kamera Palestine TV.

Sebelumnya, pada 11 Agustus, Al Jazeera melaporkan empat stafnya, termasuk reporter Anas Al-Sharif, tewas akibat serangan Israel terhadap tenda jurnalis di dekat rumah sakit Kota Gaza.

Militer Israel (IDF) mengakui serangan itu dengan dalih Al-Sharif bekerja untuk Hamas. Belakangan, Al Jazeera merevisi jumlah stafnya yang tewas menjadi lima orang, sementara Serikat Jurnalis Palestina menyebut total korban dari insiden itu mencapai enam jurnalis.

Dengan 240 jurnalis terbunuh, perang Israel di Gaza menjadi konflik paling mematikan bagi kalangan pers dalam sejarah, melampaui Perang Dunia I dan II (68), Perang Vietnam (63), dan Perang Afghanistan (127).

Ketua Komite Pelaksana Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP), Zaitun Rasmin, mengecam keras pembunuhan terhadap jurnalis di Gaza. “Ini menunjukkan mereka bukan saja membunuh manusia, tapi juga ingin membungkam kebenaran,” ujarnya dalam diskusi di Jakarta, 14 Agustus.

Perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan menyandera lebih dari 200 orang. Sebagai balasan, IDF melancarkan Operasi Pedang Besi dengan menyerang berbagai target sipil dan memberlakukan blokade total terhadap Gaza.

Hingga kini, konflik telah menewaskan lebih dari 61.000 warga Palestina dan sekitar 1.500 warga Israel, serta memicu eskalasi hingga Lebanon, Yaman, dan bahkan Israel-Iran. []


REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN