Panen Raya Picu Penurunan Harga Beras di Sumut, Diprediksi Hingga 2026

Petani panen padi di Sumut. (Foto: Adil Situmorang/Mistar)
Medan, MISTAR.ID
Harga beras di Sumatera Utara (Sumut) mengalami penurunan karena panen raya sedang berlangsung. Menurut Pengamat Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, panen raya di Serdang Bedagai, Deli Serdang, dan Simalungun, memicu harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat anjlok hingga Rp6.800 dari sebelumnya Rp8.300.
"Saya menemukan harga beras yang sebelumnya di kisaran Rp15.330 per kg, kini dijual sekitar Rp14.660 per kg. Bahkan, beberapa pemilik penggilingan berani menjual di angka Rp13.666 per kg," kata Gunawan, Jumat (15/8/2025).
Menurut Gunawan harga saat ini berpotensi turun lagi hingga menyentuh harga terendah sebesar Rp12.400 hingga Rp13.000 per kg.
Artinya, penurunan harga beras di tingkat konsumen bisa menurun hingga Rp2.000 per kg dan akan bertahan hingga kuartal pertama tahun 2026.
"Penurunan harga beras ini menjadi kabar baik bagi konsumen, tetapi kurang menyenangkan bagi petani padi," ucapnya.
Baca Juga: Akhirnya, Harga Beras di Medan Turun
Meski demikian, Gunawan optimis Nilai Tukar Petani (NTP) masih akan di atas level 100 selama harga gabah tetap di atas Rp6.500 per kg.
Menanggapi peran Bulog, Gunawan menyarankan agar lembaga tersebut tidak terlalu banyak menggelontorkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke pasar. Ia khawatir hal itu justru akan merusak harga beras lokal.
"Sebaiknya Bulog menyalurkan beras khusus untuk penerima bantuan pemerintah saja, agar sirkulasi beras Bulog tetap terjaga dan tidak merusak pasar," ujarnya.
Penurunan harga gabah saat ini diharapkan dapat mendorong kembali aktivitas produksi beras oleh penggilingan, yang sempat enggan berproduksi saat harga gabah melambung tinggi dan khawatir melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah.
Gunawan berharap kebijakan baru pemerintah nantinya dapat membuat produsen lebih fleksibel memproduksi beras, sehingga pasokan tetap aman dan tidak ada lagi kekhawatiran seperti sebelumnya. (amita/hm20)