Monday, August 11, 2025
home_banner_first
EDUKASI

Gaspol 2025: Ketika Politik, Sejarah, dan Budaya Tradisional Bersinergi di USU

journalist-avatar-top
Senin, 11 Agustus 2025 17.42
gaspol_2025_ketika_politik_sejarah_dan_budaya_tradisional_bersinergi_di_usu

Kegiatan Gaspol 2025 yang diselenggarakan mahasiswa ilmu politik USU. (foto:susan/mistar)

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (USU) mengadakan acara Gerak Antoesias Politiek (Gaspol) 2025 di Java Garden, Medan, Senin (11/8/2025).

Dalam acara ini, 74 mahasiswa baru menyaksikan integrasi edukasi politik dan sejarah Indonesia dengan nuansa budaya tradisional, menggunakan dress code batik atau pakaian tradisional.

Memperkenalkan Politik, Kampus, dan HMJ IMADIP

Ketua Panitia Gaspol 2025, Rafael Batista Sihombing, menyampaikan bahwa acara tersebut memiliki sejumlah output penting:

- Memperkenalkan dasar ilmu politik kepada mahasiswa baru

- Mengenalkan kampus dan Himpunan Mahasiswa Departemen Ilmu Politik (HMJ IMADIP) serta struktur organisasinya

- Mengobarkan semangat kekeluargaan di lingkungan ilmu politik

“Kami ingin mereka benar-benar paham apa itu IMADIP, bagaimana struktur pengurusnya, serta esensi kebersamaan dalam dunia politik,” ujar Rafael di lokasi acara.

Gaspol juga merupakan acara yang menjadi bagian dari pra Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB).

Filosofi "Pralaya" dan Identitas Budaya

Koordinator Acara, Alya Haliza, menjelaskan bahwa tema “Pralaya” diambil dari mitologi Jawa dan tradisi Hindu‑Buddha. Pralaya bermakna akhir sebuah siklus dan pembuka jalan baru—sejalan dengan momen transisi mahasiswa baru memasuki dunia kampus.

“Kami ingin adik-adik mahasiswa baru memahami akar sejarah Indonesia, mulai dari para presiden pertama hingga yang menjabat saat ini,” tutur Alya.

Acara juga menampilkan konsep Politics Begin at Home (politik bermula dari rumah), mengajak peserta menyadari bahwa praktik politik sehari-hari sesungguhnya sangat dekat dengan kehidupan keluarga.

Penggunaan pakaian tradisional dan batik sebagai dress code bertujuan untuk memperkuat identitas budaya dan mengingatkan peserta pada masa penjajahan serta pentingnya melestarikan tradisi.

“Kami ingin membawa kesadaran bahwa pakaian tradisional adalah cerminan jati diri bangsa,” ujar Alya.

Mengakhiri Gaspol dengan Semangat dan Fotogenis

Dengan busana bernuansa tempo dulu, para mahasiswa baru tidak hanya membawa pulang kenangan visual yang indah, tapi juga pemahaman baru tentang politik.

“Harapannya, setelah mengikuti Gaspol, mereka bisa mulai mencintai politik—meski awalnya mungkin bukan pilihan utama,” kata Rafael penuh harapan. (susan/hm27)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN