Musik Bantu Anak Usia Dini Kenali Emosi

Ilustrasi anak mendengarkan musik. (Foto: Freepik/standret)
Philadelphia, MISTAR.ID
Musik tak hanya menghibur, tapi juga dapat menjadi alat penting untuk mengajarkan anak-anak mengenali emosi sejak dini.
Laporan News Medical and Life Sciences, Jumat (8/8/2025), berdasarkan studi terbaru Universitas Pennsylvania mengungkapkan anak usia 3 tahun sudah mampu mencocokkan musik dengan emosi tertentu secara akurat.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Child Development itu melibatkan 144 anak berusia 3-5 tahun di Philadelphia.
Mereka diminta mengenali emosi seperti bahagia, sedih, tenang, dan takut dari klip musik berdurasi 5 detik. Hasilnya, akurasi pengenalan emosi meningkat seiring bertambahnya usia.
“Kami menunjukkan bahwa anak-anak pandai mencocokkan ekspresi emosi dengan musik yang tepat, bahkan pada usia 3 tahun,” ujar Rebecca Waller, profesor madya Universitas Pennsylvania.
“Ini menegaskan pentingnya musik dalam sosialisasi emosi dan pengajaran keterampilan sosial, khususnya bagi anak-anak yang belum mampu mengekspresikan perasaan mereka secara verbal.”
Menariknya, anak-anak yang dinilai orang tua kurang peka terhadap emosi tetap mampu mengenali musik dengan nuansa rasa takut.
Peneliti Yael Paz menyebut temuan ini berlawanan dengan studi sebelumnya yang menunjukkan anak-anak kurang peka emosi juga kesulitan membaca ekspresi wajah.
“Musik bisa menjadi solusi alternatif untuk membantu anak mengenali emosi, terutama bagi yang kesulitan memahami ekspresi wajah atau isyarat visual lainnya,” kata Paz.
Meski hasilnya menjanjikan, tim peneliti mengakui studi ini masih terbatas pada komunitas anak-anak dengan tingkat pengenalan emosi rendah.
Penelitian lanjutan akan melibatkan anak-anak dengan kesulitan emosional yang dirujuk dari klinik, untuk mencari tahu faktor-faktor yang memengaruhi kemampuan mereka mengenali emosi melalui musik.
“Musik memiliki kekuatan menggugah yang luar biasa. Kami bersemangat mengeksplorasinya lebih jauh, baik untuk memahami mekanisme di baliknya maupun sebagai sarana terapi,” tutur Waller.