Tokoh Batak Soroti Event Trail of The Kings dan Hari Ulos Nasional Bersamaan

Tokoh Batak, Efendy Naibaho saat diwawancarai. (foto: Pangihutan/mistar)
Samosir, MISTAR.ID
Tokoh Batak, Efendy Naibaho menyoroti jadwal pelaksanaan Trail of The Kings-Lake Toba by UTMB pada 17–19 Oktober 2025 yang bersamaan dengan peringatan Hari Ulos Nasional yang jatuh setiap 17 Oktober di Kabupaten Samosir.
Mantan anggota DPRD Sumut dua periode sekaligus Ketua Yayasan Pusuk Buhit ini menilai pemerintah terkesan abai terhadap kearifan lokal.
“Hari Ulos itu momentum bersejarah bagi orang Batak. Tapi sayangnya justru dibenturkan dengan event olahraga internasional. Ini menunjukkan pemerintah belum serius menghargai budaya Batak,” ujarnya di Pangururan kepada MISTAR.ID, Minggu (14/9/2025).
Ia menegaskan ulos bukan sekadar kain tenun, melainkan simbol identitas, kasih sayang, dan nilai-nilai spiritual masyarakat Batak.
“Kalau budaya sudah tersisihkan oleh kepentingan pariwisata semata, lama-lama kita kehilangan jati diri. Jangan biarkan ulos sekadar jadi dekorasi di acara wisata, padahal maknanya jauh lebih sakral,” ujar Efendy.
Menurutnya, bersamaannya jadwal dua agenda besar ini bisa menimbulkan dilema bagi masyarakat. Di satu sisi ada event olahraga dunia yang menjanjikan dampak ekonomi, di sisi lain ada peringatan budaya yang sarat nilai historis.
“Mau memilih melestarikan budaya atau mendukung pariwisata? Seharusnya pemerintah mengatur jadwal dengan bijak sehingga keduanya bisa berjalan tanpa saling menutupi,” tuturnya.
Efendy juga mempertanyakan sikap Gubernur Sumut yang dinilai lamban menyikapi persoalan ini. “Pertanyaannya, bagaimana sikap Gubernur terhadap hal ini? Jangan sampai budaya hanya dijadikan pemanis di atas kertas, sementara praktiknya dikesampingkan,” katanya.
Sejarah Hari Ulos Nasional sendiri bermula dari pengakuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 17 Oktober 2014 yang telah menetapkan ulos sebagai Warisan Budaya Indonesia. Momentum itu kemudian diperingati tiap tahun sebagai Hari Ulos.
Peringatan ini selalu diwarnai dengan berbagai kegiatan, mulai dari talk show, penampilan seni Batak, lomba manortor, fashion show ulos, hingga arak-arakan ulos sepanjang seribuan meter di kawasan Pusuk Buhit.
“Pemerintah pusat saja sudah mengakui ulos sebagai warisan bangsa. Ironis kalau pemerintah daerah malah tidak memberi ruang yang layak. Bukankah seharusnya Sumut jadi garda terdepan menjaga ulos?” ujar Efendy.
Ia mengingatkan masyarakat Batak sudah berulang kali meminta pemerintah menjadikan 17 Oktober sebagai Hari Ulos Nasional secara resmi. Namun hingga kini, harapan itu belum juga terealisasi.
“Kalau terus ditunda, lama-lama masyarakat menilai pemerintah memang tidak peduli. Jangan sampai Hari Ulos hanya hidup di kalangan masyarakat tanpa dukungan negara,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Samosir Vandiko Timotius Gultom memastikan kesiapan daerahnya menjadi tuan rumah Trail of The Kings. Ia menyebut pemerintah daerah sudah menyiapkan lomba Solu Bolon, bazar kuliner, fashion show, dan hiburan artis nasional untuk mendukung event ini.
“Kita ingin event ini menjadi momentum sport tourism untuk mendongkrak pariwisata Samosir dan meningkatkan ekonomi masyarakat,” ujar Vandiko dalam rapat koordinasi di Medan, Kamis (11/9/2025).
Vandiko optimistis event tersebut akan menjadi sejarah baru Sumatera Utara di mata dunia. Menurutnya, kerja sama lintas sektor akan memastikan acara berlangsung sukses.
Peringatan Hari Ulos Nasional tahun ini rencananya digelar di Pangururan, Dolok Sanggul, Balige, Tarutung, Medan, hingga Jakarta. Seluruh kegiatan, termasuk bazar UMKM dan penampilan seni, digelar tanpa biaya. (Pangihutan/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Binjai Selatan Berpotensi Banjir, BPBD Himbau Warga Waspada