Media Online Bukan Hanya Pelapor, Tetapi Penjaga Akal Sehat Publik dari Informasi di Medsos

Ketua Umum DPP IWO Teuku Yudhistira buka rakernas IWO di TM Ismail Marzuki Jakarta Pusat, Selasa (28/20/2025). (foto: dok IWO Batu Bara/Mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Media online bukan hanya sebagai pelapor, tetapi penjaga akal sehat publik dari informasi di media sosial (medsos). Apalagi di tengah perubahan besar peradaban manusia dimana revolusi digital telah mengubah cara berkomunikasi, bekerja, bahkan berpikir, acap kali masyarakat mendapatkan informasi yang tidak utuh, kabar yang tidak diverifikasi, dan opini yang menyesatkan.
Fenomena tersebut diungkapkan Ketua Umum DPP Ikatan Wartawan Online (IWO) Teuku Yudhistira pada pembukaan rapat kerja nasional (rakernas) IWO di TM Ismail Marzuki Jakarta Pusat, Selasa (28/20/2025).
"Dalam situasi seperti ini, peran wartawan online menjadi sangat strategis. Tidak sekadar pelapor peristiwa, tetapi juga penjaga akal sehat publik. Bukan sekadar penyampai berita, tetapi penuntun arah nilai dan moral informasi bangsa," ujarnya.
Dengan cepat media sosial (medsos) memframming suatu peristiwa yang menimbulkan kebisingan dan tak jarang merusak fakta informasi. Uniknya masyarakat acapkali menelan bulat-bulat informasi media sosial yang sangat minim filter ini.
Dikatakan Yudistira, media sosial melahirkan kebebasan, tetapi juga kebisingan dan tak jarang merusak fakta informasi. Akan tetapi, masyarakat acapkali menelan bulat-bulat informasi media sosial yang sangat minim filter. Tanpa UU Pers yang mengawasinya, tanpa kode etik jurnalistik yang mengawasinya.
"Namun itulah fakta. Media sosial telah memicu disrupsi media mainstream yang wajib mematuhi berbagai rambu setiap kali akan menyajikan berita," sambungnya.
Dinamika zaman yang kompleks inilah disebutkan Yudistira yang melatarbelakangi lahirnya tema Rakernas ke-III tahun ini “Peran IWO dalam Elaborasi Asta Cita Menuju Indonesia Emas 2045.”
"Tema ini tidak lahir dari ruang kosong. Ia adalah hasil refleksi kolektif atas peran media dalam perjalanan bangsa menuju satu abad kemerdekaan Indonesia," ucapnya.
Diingatkan Yudistira, Asta Cita, delapan cita-cita besar bangsa, memuat visi pembangunan manusia unggul, ekonomi berkelanjutan, lingkungan hidup yang lestari, pemerintahan yang bersih, serta supremasi hukum yang berkeadilan.
"Lantas muncul pertanyaan, di mana posisi IWO dalam peta besar itu?
Jawabannya jelas: di garda depan pembentukan opini publik," tegasnya.
Hadir pada pembukaan rakernas III IWO, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Indonesia sekaligus Ketua Majelis Kehormatan Pengurus Pusat Ikatan Wartawan Online Jenderal Pol (Purn) Agus Andrianto, pengurus DPP, DPW dan DPD IWO se Indonesia.
BERITA TERPOPULER

























