Wednesday, October 1, 2025
home_banner_first
NEWS ROOM

Newsroom: Tugu Ampera, Saksi Bisu Tragedi Berdarah 1965 di Kampung Kolam

Rabu, 1 Oktober 2025 15.08
newsroom_tugu_ampera_saksi_bisu_tragedi_berdarah_1965_di_kampung_kolam

Newsroom: Tugu Ampera, Saksi Bisu Tragedi Berdarah 1965 di Kampung Kolam

Newsroom: Tugu Ampera, Saksi Bisu Tragedi Berdarah 1965 di Kampung Kolam

news_banner

Medan, MISTAR.ID

Tugu Amanat Perjuangan Rakyat (Ampera) masih berdiri kokoh di Desa Kolam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Monumen bercorak Pancasila ini menjadi simbol sejarah kelam tragedi 1965, yang hingga kini masih meninggalkan jejak di tengah masyarakat.

Desa Kolam kala itu dikenal sebagai salah satu basis Partai Komunis Indonesia (PKI) di Sumatera Utara. Melalui aktivitas Barisan Tani Indonesia (BTI), organisasi sayap PKI, paham komunis disebarkan kepada para petani dan buruh perkebunan.

Kondisi ini menimbulkan keresahan dan memicu ketegangan sosial.

Situasi semakin panas, hingga bentrok antara organisasi masyarakat (ormas) dan kelompok yang dianggap simpatisan PKI tak terhindarkan. Kampung Kolam pun berubah menjadi kawasan yang mencekam.

Puncaknya terjadi pada 25 Oktober 1965. Saat itu, Pemuda Pancasila (PP) bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) melakukan penyerbuan ke Desa Kolam dengan tujuan menumpas pengaruh PKI.

Namun upaya tersebut berujung kegagalan. Dua kader ormas gugur dalam peristiwa ini, yakni M Jacop dari Pemuda Pancasila dan Adlin Prawira dari gabungan PP dan HMI.

Setelah peristiwa itu, Tugu Ampera didirikan sebagai tanda pengorbanan dan peringatan atas tragedi berdarah yang melibatkan masyarakat sipil, ormas, hingga aparat pada masa pergolakan politik 1965.

Kini, monumen tersebut tetap berdiri di tengah hamparan sawah Desa Kolam. Bagi sebagian warga, Tugu Ampera bukan hanya sekadar bangunan, melainkan pengingat bahwa sejarah kelam pernah terjadi di tanah mereka. (Fiqih/hm21)

REPORTER:

BERITA TERPOPULER

BERITA PILIHAN