Viral PHK Massal PT Gudang Garam Tuban, Netizen Soroti Dampak Ekonomi Nasional

Ribuan orang yang diduga karyawan PT Gudang Garam saling bersalaman berpisah karena PHK (Foto: Istimewa/Mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Media sosial tengah diramaikan dengan kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di pabrik rokok PT Gudang Garam, Tuban, Jawa Timur. Suasana haru perpisahan para pekerja yang terdampak PHK viral lewat video pendek, memicu gelombang keprihatinan publik.
Dalam video yang beredar, tampak puluhan karyawan saling berjabat tangan. Kesedihan menyelimuti momen itu, menggambarkan beratnya dampak PHK bagi para pekerja dan keluarganya.
“Sejatinya di balik mereka yang di PHK ada keluarga, anak, dan istri. Semoga ada solusi terbaik dari pemerintah. 19 juta lapangan kerja, apa kabar?” tulis akun @yusufmuhammad.
Ungkapan serupa juga datang dari warganet lainnya. Mereka menilai kondisi ekonomi nasional sedang memprihatinkan hingga perusahaan besar pun tidak luput dari tekanan.
“Ga kebayang perusahaan sebesar Gudang Garam yang notabene perusahaan produksi rokok, di mana yang kita tahu tingkat penjualan rokok sangat tinggi, masih bisa melakukan PHK. Tolong,” tulis akun @dahaalaeka.
Fenomena ini menambah deretan kasus PHK massal di berbagai sektor dalam beberapa waktu terakhir. Publik pun berharap ada langkah nyata pemerintah untuk menjaga stabilitas lapangan kerja serta memberikan solusi bagi pekerja terdampak.
Hingga kini, pihak PT Gudang Garam belum memberikan pernyataan resmi terkait kabar PHK tersebut.
Sementara itu, laporan keuangan perusahaan menunjukkan performa yang tertekan. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, laba bersih Gudang Garam semester I 2025 hanya Rp117,16 miliar, turun drastis 87,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp925,5 miliar.
Pendapatan perusahaan juga merosot 11,4 persen menjadi Rp44,36 triliun dari Rp50,01 triliun. Laba kotor tercatat Rp3,7 triliun hingga Juni 2025, turun dari Rp5,06 triliun di periode yang sama tahun lalu. Laba usaha pun anjlok menjadi Rp513,7 miliar dari sebelumnya Rp1,61 triliun.
Tekanan kinerja ini menimbulkan spekulasi bahwa kondisi keuangan perusahaan turut memengaruhi kebijakan efisiensi termasuk PHK.(*)
PREVIOUS ARTICLE
Belajar dari Enam Kasus Besar Keracunan MBG di Indonesia