Tarif Cukai Rokok 2026 Dinanti, Purbaya Janji Kebijakan Lebih Seimbang

Kemenkeu Purbaya saat diwawancarai sejumlah wartawan (Foto: Istimewa/Mistar)
Pematangsiantar, MISTAR.ID
Industri rokok kembali menjadi sorotan jelang pengumuman tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk tahun 2026. Seluruh pelaku usaha kini menunggu arah kebijakan di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, yang diyakini akan membawa pendekatan berbeda dari sebelumnya.
Tradisi pemerintah biasanya menetapkan tarif cukai pada Oktober atau November setiap tahunnya. Namun, sinyal yang ditunjukkan Purbaya baru-baru ini membuat saham-saham rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) kompak menguat dalam sepekan terakhir.
Purbaya Kritik Kenaikan Cukai Tinggi
Dalam pernyataannya, Purbaya mengaku terkejut dengan tingginya akumulasi kenaikan tarif CHT dalam beberapa tahun terakhir yang mencapai 57%. Menurutnya, tarif tinggi justru tidak selalu berdampak positif terhadap penerimaan negara. Sebaliknya, ketika tarif lebih rendah, pendapatan dari cukai malah cenderung lebih tinggi.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa tarif cukai rokok selama ini memang dirancang untuk mengendalikan konsumsi, bukan hanya sebagai sumber penerimaan negara. Namun, ia menyoroti bahwa desain kebijakan sebelumnya kurang mempertimbangkan aspek tenaga kerja yang bergantung pada industri ini.
“Ke depan, kebijakan CHT harus lebih seimbang. Tujuan kesehatan masyarakat tetap penting, tetapi industri dan pekerjanya juga harus dilindungi,” ujar Purbaya, Senin (22/9/2025).
Fokus pada Rokok Ilegal dan Alternatif Produk
Selain merancang tarif baru, Purbaya berkomitmen untuk memberantas peredaran rokok ilegal, termasuk yang dijual secara daring. Ia juga menekankan bahwa pembatasan konsumsi tidak melulu harus ditempuh lewat tarif tinggi.
Di sisi lain, industri rokok juga terus berinovasi. Misalnya, HM Sampoerna (HMSP) menghadirkan produk alternatif seperti IQOS, perangkat pemanas tembakau yang resmi masuk pasar Indonesia sejak 2023. Produk ini hadir dalam beberapa varian, seperti IQOS ILUMA One, IQOS ILUMA, dan IQOS ILUMA Prime, yang menawarkan pengalaman berbeda dibanding rokok konvensional.
Saham Naik, Produksi Justru Turun
Meski saham emiten rokok bergerak naik, laporan keuangan menunjukkan kinerja masih menurun. Dari empat emiten besar, hanya PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) yang berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih pada semester I-2025, meski tipis.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, produksi rokok pada Agustus 2025 hanya mencapai 25,5 miliar batang, turun 9,25% dibanding Juli (month-to-month) dan melemah 2,07% secara tahunan (year-on-year). Secara kumulatif, Januari–Agustus 2025, total produksi tembus 197 miliar batang, atau turun 1,93% dibanding periode sama tahun lalu. Angka ini menjadi yang terendah sejak 2020, saat pandemi Covid-19 melanda.
Downtrading Jadi Tantangan
Fenomena downtrading atau peralihan konsumen ke rokok lebih murah kian marak dalam setahun terakhir. Hal ini dipicu kenaikan tarif cukai tahunan yang membuat harga rokok premium semakin sulit dijangkau.
Dengan situasi ini, pelaku usaha berharap kebijakan tarif CHT yang akan ditetapkan Purbaya dapat menjaga keseimbangan: menekan konsumsi rokok berlebihan tanpa mematikan industri yang menyerap jutaan tenaga kerja di Indonesia.(*)