Rencana Bobby Promosikan Babi Panggang Karo ke Mancanegara, Begini Respons Pengusaha

Seorang pekerja sedang memanggang BPK. (f:susan/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Dua pemilik usaha babi panggang karo (BPK) di Medan menyambut baik rencana Gubernur Sumatera Utara (Sumut) Bobby Nasution yang ingin mempromosikan kuliner Karo tersebut ke Korea Selatan.
Namun, mereka menegaskan pentingnya kejelasan regulasi dan dukungan dari pemerintah sebelum langkah tersebut diambil.
Jamaleka Tarigan, 56 tahun, pemilik BPK Haleluya yang sudah beroperasi sejak April 2002, mengatakan dirinya terbuka jika usahanya ingin diperkenalkan hingga ke mancanegara. Dia menekankan pentingnya survei terlebih dahulu untuk memahami pasar.
“Kalaupun ada orang Indonesia penggemar BPK di sana (Korea), bisa saja kita buka cabang. Tapi harus dicek dulu,” ujarnya kepada Mistar.id, Sabtu (31/5/2025).
Menurutnya, BPK Haleluya sudah dikenal sebagian warga Korea. Dia menyebut sejak 2008, ada seorang warga Korea yang mengunjungi Haleluya setiap datang ke Medan.
“Dia sempat memotret Haleluya yang lama waktu masih beratap rumbia dan memperlihatkannya kembali ke saya pada tahun 2016,” katanya.
Jamaleka juga menyebut seorang pendeta asal Korea sering membawa jemaatnya makan BPK di tempatnya, bahkan hingga 25 orang sekaligus.
Namun, dia menggarisbawahi para pengusaha membutuhkan fasilitas dan kejelasan rencana. “Sebenarnya sudah bagus, hanya saja sistemnya kita belum tau. Kalau bisa sosialisasi dulu ke pengusaha BPK. Sampaikan regulasi dan rencana jangka panjangnya,” katanya.
Menurutnya, sebagai pemimpin Sumut, Bobby Nasution harus melihat peluang besar dari rencana ini.

Jamaleka Tarigan, pemilik BPK Haleluya. (f:susan/mistar)
“Biarpun istilahnya dia nggak makan, tapi dia melihat dimana orang butuh kerja. Karena saya berprinsip, lapangan kerja sedikit banyaknya sudah saya sediakan, jadi harus dia dukunglah karena dia kan gubernur kita. Semakin besar lagi nanti, bertambah luas juga lapangan kerja,” ucapnya.
Sementara itu, Rimaya Barus, pemilik BPK Tambar Lihe yang sudah enam tahun berdiri menyarankan agar pengembangan dilakukan di dalam negeri terlebih dahulu.
“Jangankan ke luar negeri, di Indonesia saja dulu. Kalimantan, Papua itu masih jarang BPK,” ujarnya.
Rimaya juga menegaskan BPK bukan satu-satunya kuliner khas Karo. “Yang khas juga ada cimpa, pagit-pagit. Kuliner Karo kan bukan hanya BPK saja,” katanya.
Dia juga menyoroti kondisi ekonomi yang semakin sulit sejak pandemi dan menurunnya daya beli masyarakat.
“Jadi kalau ku lihat situasi kondisi perekonomian sekarang, BPK saja banyak yang sudah tutup. Sekarang kita bilang, bertahan saja, sudah bagus,” katanya.
Meski siap mendukung promosi BPK ke luar negeri, Rimaya mengingatkan pentingnya kejelasan arah dan keberlanjutan program.
“Memang bagus tujuannya, tapi prospek kedepannya bagaimana? Jangan baru mulai, sudah berhenti. Karena lidah setiap orang berbeda-beda. Apa yang disukai orang Korea? Samcannya kah? Merahnya (daging) atau putihnya (lemak) saja?,” ujarnya.
Dia juga berharap bukan hanya BPK yang dipromosikan, tapi juga produk khas Karo lainnya. “Kalau bisa, jeruk Karo dan hasil tani lainnya juga diperkenalkan ke Korea,” ucapnya. (Susan/hm18)
NEXT ARTICLE
6.110 Koperasi Desa Merah Putih Rampung di Sumut