Bus di Sumut Rencana Tanpa Hidupkan Musik saat Perjalanan, Masyarakat: Kasihan Dong Sopirnya

Bus ALS yang sudah merencanakan akan tak menghidupkan musik saat perjalanan apabila isu royalti benar diberlakukan. (Foto: Iqbal/Mistar)
Medan, MISTAR.ID
Ditengah maraknya isu royalti terhadap musik berdampak pada bus di Sumatera Utara (Sumut) yang berencana melakukan perjalanan tanpa menghidupkan musik. Hal ini pun mendapatkan respons dari masyarakat.
Nilam Sari, seorang wanita rantauan di Medan awalnya tak mengambil pusing terkait kebijakan tersebut.
"Sebenarnya saya pribadi sebagai pengguna transportasi bus lebih suka suasana hening saat perjalanan, namun sesekali mau mendengarkan musik," ujarnya kepada Mistar, Senin (25/8/2025).
Namun, menurutnya, musik di dalam perjalanan tersebut dapat membantu sopir agar tidak merasakan kantuk.
"Tapi yang paling utama itu musik bisa membantu sopir melek dan merasa ada teman di bus, saat semua penumpang tidur," tutur wanita 24 tahun tersebut.
Disisi lain, menurutnya, musik seharusnya bisa menjadi wadah promosi khususnya bagi karya lokal agar lebih dikenal.
"Selain itu kadang musik musik di bus itu bisa menjadi sarana pengetahuan untuk masyarakat umum dan wadah promosinya musik lokal kita. jadi kalau pemerintah membuat kebijakan royalti seperti ini, saya pikir ini keputusan yang sangat disayangkan, karena kemungkinan besar industri musik lokal bisa mati kalau begini," ujarnya.
Sementara itu, Adhlin Faridz, 24 tahun memiliki pendapat yang berbeda. Ia mengatakan penumpang sudah memiliki seluler pintar untuk mendengarkan musik dengan selera masing-masing.
"Menurut saya rencana itu, bisa dimengerti. Zaman sekarang kan sudah modern, penumpang bisa mendengarkan musik melalui handphone masing-masing sesuai selera" ucapnya.
Menurutnya juga tidak ada masalah perjalanan tanpa musik, mengingat teknologi yang sudah maju saat ini bisa digunakan para penumpang.
Bahkan dengan earphone atau headset, pengalaman perjalanan jadi lebih nyaman tanpa harus terganggu pilihan musik yang mungkin tidak disukai semua orang," tuturnya.
Sedangkan Annisa Alivia warga Kecamatan Medan Helvetia yang saat ini bekerja diluar Sumut beranggapan musik di dalam perjalanan dapat berguna untuk malam hari.
"Sebenernya ya gapapa kalau di bus tidak ada musik, tapi kalau di malam hari ya. Kalau untuk di siang hari mungkin jadinya garing banget suasananya karena kan kalau malam, pasti penumpang lebih nyaman untuk tidur," kata wanita 23 tahun itu.
Sebelumnya, salah satu perusahaan bus terbesar di Sumut yakni PT Antar Lintas Sumatera (ALS) memilih akan melakukan perjalanan tanpa menghidupkan musik di tengah isu royalti saat ini.
Hal tersebut dibenarkan Humas ALS Alwi Matondang yang mengatakan pihaknya memilih melakukan hal tersebut karena tidak ingin membebankan penumpang. Jika dengan menghidupkan musik terkena royalti, maka otomatis akan menaikkan tarif ongkos penumpang. (Iqbal/hm18)