Paul Biya Menang Lagi, Pimpin Kamerun Hingga Usia 99 Tahun

Paul Biya. (Foto: Stephane Lemouton/Pool/Abacapresss.com)
Yaoundé, MISTAR.ID
Paul Biya, 92 tahun, menang lagi dalam pemilihan presiden Kamerun. Ia akan memimpin negara tersebut hingga 2032, atau saat dirinya berusia 99 tahun.
Dewan Konstitusi Kamerun mengumumkan bahwa Biya memperoleh 53,7 persen suara, unggul atas rivalnya, mantan menteri Issa Tchiroma Bakery, yang meraih 35,2 persen.
“Dengan ini dinyatakan presiden terpilih: kandidat Biya Paul,” ujar Ketua Dewan Konstitusi Clement Atangana, seperti dikutip CNN, Selasa (28/10/2025).
Sebelum hasil resmi diumumkan, Tchiroma sempat mengklaim kemenangan dengan perolehan suara 54 persen dan menyerukan para pendukungnya untuk turun ke jalan menuntut pengakuan hasil itu.
Namun, unjuk rasa berubah ricuh setelah aparat keamanan membubarkan massa menggunakan gas air mata dan peluru. Sedikitnya empat orang dilaporkan tewas, sementara sejumlah lainnya luka-luka.
Biya telah berkuasa sejak 1982 dan merupakan presiden kedua Kamerun setelah negara itu merdeka dari Prancis pada 1960. Pada 2008, ia menghapus batas masa jabatan presiden melalui amandemen konstitusi, yang membuka peluang bagi dirinya untuk terus memimpin tanpa batas waktu.
Kepemimpinan Biya selama lebih dari empat dekade kerap menuai kritik karena dianggap otoriter. Ia dituding menekan oposisi dan membungkam kritik terhadap pemerintahannya. Di bawah kekuasaannya, Kamerun juga masih bergulat dengan korupsi sistemik serta konflik separatis bersenjata di wilayah barat negara tersebut.
Dengan terpilihnya kembali Biya, ia kini menjadi kepala negara tertua di dunia yang masih menjabat. Paul Biya sudah menjadi sosok paling lama berkuasa di Afrika dan juga kepala negara tertua di dunia.
Ia lahir pada 13 Februari 1933 di Mvomeka, saat Kamerun masih berada di bawah kendali kolonial Prancis. Setelah Kamerun merdeka pada 1960, Biya mulai menapaki jalannya di dunia politik.
Perkenalannya dengan politik dimulai sejak masa kuliah di Prancis, di mana ia menempuh studi politik dan hukum. Sekembalinya ke Kamerun pada tahun kemerdekaan, Biya meniti karier birokrasi dengan memegang sejumlah posisi penting di pemerintahan.
Kariernya menanjak pesat hingga pada 1975, ia diangkat menjadi perdana menteri di bawah kepemimpinan Presiden Ahmadou Ahidjo. Namun, tujuh tahun kemudian, Ahidjo secara mengejutkan mengundurkan diri.
Berdasarkan konstitusi, Biya otomatis menggantikannya sebagai presiden dan resmi dilantik pada 6 November 1982.
Awalnya, peralihan kekuasaan berjalan mulus, tetapi hubungan Biya dan Ahidjo kemudian memburuk. Biya mulai memperluas pengaruhnya, sementara Ahidjo masih memimpin partai tunggal negara itu, Uni Nasional Kamerun (UNC).
Perselisihan memuncak ketika Ahidjo diminta mundur dari jabatannya pada 1983. Setahun kemudian, Biya terpilih sebagai presiden dan menghadapi dugaan kudeta dari loyalis Ahidjo yang akhirnya gagal.
Pada 1985, Biya mengambil langkah besar dengan membubarkan UNC dan membentuk partai baru bernama Gerakan Demokratik Rakyat Kamerun (Rassemblement Démocratique du Peuple Camerounais/RDPC). Sejak saat itu, Biya mengonsolidasikan kekuasaan politiknya.
Kamerun untuk pertama kalinya menggelar pemilu multipartai pada 1992, tetapi Biya tetap berhasil mempertahankan kursinya. Ia kemudian memenangkan pemilu-pemilu berikutnya pada 1997, 2004, 2011, dan 2018. Bahkan, pada 2008, ia menghapus batas masa jabatan presiden melalui amandemen konstitusi, langkah yang membuka peluang bagi kekuasaan tanpa batas.
Di bawah kepemimpinannya yang dikenal keras dan otoriter, Biya kerap dituding menindas oposisi dan menghambat kebebasan politik. Negara yang ia pimpin juga menghadapi berbagai masalah serius seperti korupsi yang mengakar dan konflik separatis bersenjata di wilayah barat.
Kini, setelah kembali menang dalam pemilu terbaru, Biya dipastikan akan tetap berkuasa hingga 2032. Jika menyelesaikan masa jabatannya, ia akan berusia 99 tahun. Di dunia, hanya sedikit pemimpin yang mendekati rekornya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang kini berusia 89 tahun, berada di posisi kedua sebagai kepala negara tertua yang masih menjabat. (hm20)
























