Ketegangan Diplomatik antara Iran dan Donald Trump Kembali Memanas


Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berbicara dalam pertemuan dengan sekelompok guru di Teheran, Iran (f:ist/mistar)
Jakarta, MISTAR.ID
Ketegangan diplomatik antara Iran dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali memanas setelah serangkaian komentar kontroversial yang dilontarkan Trump dalam lawatannya ke Timur Tengah baru-baru ini.
Dalam pidatonya di hadapan para guru pada Sabtu (18/5/2025), Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam Trump secara langsung, menyebut ucapannya sebagai "aib bagi bangsa Amerika" dan "terlalu rendah untuk ditanggapi". Seruan "Matilah Amerika" menggema di tengah kerumunan sebagai tanggapan terhadap pidato tersebut.
Khamenei menuduh Trump "berbohong" tentang niatnya menciptakan perdamaian, sambil menuding Washington mendukung pembantaian warga Palestina dan memelihara ketegangan di kawasan melalui dukungannya terhadap Israel, yang disebutnya sebagai "tumor kanker berbahaya".
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, juga menyuarakan kecaman dalam pertemuan dengan perwira angkatan laut. Ia menyebut Trump sebagai sosok yang menyuarakan perdamaian sambil mendukung genosida Israel di Gaza.
"Perkataan presiden mana yang harus kita percaya? Pesan damainya, atau dukungannya terhadap pembantaian?" kata Presiden Iran, Masoud Pezeshkian sebagaimana dikutip Mistar dari Aljazeera, Senin (19/5/2025).
Ia juga menyinggung sanksi yang dijatuhkan Trump kepada Mahkamah Pidana Internasional (ICC), menyebut tindakan itu sebagai langkah anti-keadilan yang menuai kritik global.
Perlu diketahui, dalam lawatan yang disambut hangat oleh para pemimpin Arab Teluk seperti Arab Saudi, UEA, dan Qatar, Trump menyindir Iran dengan mengatakan bahwa bangunan bersejarah Iran runtuh, dan menyalahkan rezim teokratis pascarevolusi 1979 atas kerusakan infrastruktur.
Trump juga menyebut dukungan Iran terhadap Bashar al-Assad di Suriah sebagai penyebab penderitaan dan instabilitas regional. Ia mencabut sanksi terhadap Suriah sambil terus menekan Iran melalui jalur diplomasi dan sanksi ekonomi. (ajzr/hm17)